Hari semakin malam, namun Yuta belum juga pulang ke rumah. Padahal Yuya sudah selesai memasak makan malam untuk mereka berdua. Yuya hanya memandangi masakannya yang sudah menjadi dingin di atas meja makan. Saat Yuya sedang melamun tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.
“Shitsurei shimasu”, kata suara orang yang mengetuk pintu.
“Hai”, jawab Yuya dan dia mengenali suara itu, suara Hana, sahabatnnya lalu Yuya segera membukakan pintu.
“Ayo masuk, Hana”, Yuya mempersilahkan tamunya masuk.
“Arigatou ne. Eh, kok sepi? Kakakmu mana?”, tanya Hana sambil mereka berjalan ke ruang tamu.
“Kamu kesini mau ketemu aku apa ketemu nii chan ku?”, tanya Yuya.
“Hehehehe, tentunya mau ketemu nii chan mu”, kata Hana menyengir.
“Hana sudah makan? Temani aku makan yuk. Aku lapar sedangkan Nii chan entah pergi kemana.”
“Oke, aku tidak akan menolak kalau kamu memintaku”.
Yuya dan Hana pun makan bersama di meja makan. Sesekali Yuya melihat kearah jam dinding di ruang tamunya karena kakaknya belum pulang juga. Saat mereka sedang makan, terdengar suara pintu yang terbuka. Ternyata Yuta sudah pulang tapi dia tidak sendiri, melainkan bersama pacarnya, Rin.
“Tadaima”
“Okaeri”, Yuya menjawab sambil berlari kecil kearah pintu depan.
“Nee chan kemana saja?”, Yuya bertanya dan betapa kagetnya dia saat melihat Yuta pulang bersama Rin.
“Konbanwa”, Rin menyapa.
“Konbanwa”, Yuya menjawabnya.
“Rin boleh makan malam bersama kita hari ini kan Yuya chan?”, Yuta bertanya pada Yuya.
“Tentu boleh kalau Yamasaki san mau makan masakankku. Ayo ke ruang makan. Karena Nii chan lama sekali pulangnya, Yuya makan duluan sama Hana”, kata Yuya.
“Konbanwa”, Hana menyapa Yuta dan Rin dan mereka juga membalas sapaan Hana.
Mereka berempat menghabiskan makan malam dengan diam. Yang terdengar hanya suara benturan antara sumpit dan piring serta suara jam dinding yang ada di ruang tamu rumah itu. Akhirnya Hana memecahkan keheningan.
“Gochisousama deshita”
Setelah selesai makan malam, Yuya dan Hana memilih untuk mengerjakan tugas mereka di kamar Yuya dan mereka membiarkan Yuta mengobrol dengan Rin di ruang tamu.
Yuya dan Hana hanya membutuhkan waktu tak lebih dari setengah jam untuk menyesaikan tugas mereka. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
“Yuya, kenapa kakakmu bisa pulang dengan Yamasaki san?”, tanya Hana.
“Entahlah. Aku saja kaget saat melihat Nii chan membawa Yamasaki san”, Yuya menjawab.
“Sudah ah, aku mau pulang saja. Sudah malam dan lagi, Fujiwara senpai berjanji meneleponku malam ini”, wajah Hana bersemu merah.
“Iya deh, ngerti yang lagi berbunga-bunga. Aku antar sampai pintu depan ya”, kata Yuya dan mereka pun keluar dari kamar Yuya dan sampai di ruang tamu, Yuya bertemu Yuta tapi tidak melihat Rin ada disana.
“Aoki san, saya permisi pulang dulu”, Hana berpamitan.
“Hati-hati di jalan”, kata Yuta.
Yuya mengantar Hana sampai ke pintu depan, kemudian Yuya kembali ke ruang tamu dan duduk di sofa yang berseberangan dengan Yuta.
“Nii chan, kenapa hari ini Nii chan pulang bersama Yamasaki san?”, tanya Yuya penasaran.
“Maafkan Nii chan”, jawab Yuta.
“Heh? Nii chan kenapa minta maaf? Memengnya Nii chan salah apa sama Yuya?”, Yuya bertanya lagi.
“Nii chan….”, Yuta berbicara terputus-putus. “Nii chan, pacaran dengan Rin”.
“Heh?”, Yuya kaget mendengarnya. “Sejak kapan? Kenapa Nii chan tidak cerita pada Yuya?”
“Sejak sore ini. Maafkan Nii chan”.
“Hahaha”, Yuya tertawa. “Untuk apa minta maaf karena hal itu, Nii chan? Yuya sangat senang akhirnya Nii chan punya pacar juga. Akhirnya Nii chan memikirkan diri Nii chan sendiri. Nii chan terlalu sibuk mengurus Yuya dan bekerja sampai tidak sempat memikirkan untuk pacaran”, kata Yuya.
“Un”
“Kenapa wajah Nii chan biasa saja? Harusnya Nii chan senang karena baru jadian dengan Yamasaki san. Ayolah Nii chan”, Yuya memaksa kakaknya tersenyum padanya dan Yuta menuruti permintaan adik kesayangannya.
“Ah, Yuya lelah. Yuya tidur duluan ya Nii chan. Oyasumi”, kata Yuya dan dia pun meninggalkan Yuta sendirian di ruanng tamu.
“Oyasumi”
Yuta merasa sangat bersalah pada Yuya. Bersalah karena Yuta menyimpan rahasia besar tentang kehidupan Yuya. Bersalah karena dia pacaran dengan Rin. Dan bersalah karena Yuta menyayangi dan mencintai Yuya, bukan sebagai kakak, tapi sebagai seorang laki-laki pada perempuan. Perasaan yang tidak diinginkan Yuta.
**********
Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa walaupun ada yang sedikit berbeda, Yuta kini harus membagi waktu yang biasanya hanya untuk Yuya dengan Rin, pacarnya. Setiap sabtu malam Yuta pasti keluar ruamh dengan Rin. Untung selalu ada Michiko –yang tanpa dimintai tolong oleh Yutapun- menemani Yuya. Tapi sabtu malam ini Michiko sedang ada urusan jadi dia tidak bisa menemani Yuya dan Michiko pun meminta Tarou menemani Yuya.
Hubungan Tarou dan Yuya semakin hari semakin membaik, Tarou sering menghabiskan waktunya Yuya sangat menikmati saat-saat bersama Tarou. Saat bersama Yuta, Yuya selalu merasa senang tapi rasa senang itu berbeda dengan rasa senang yang dirasakan Yuya saat bersama Tarou. Apa itu yang disebut cinta?
Tiga puluh lima menit yang lalu Michiko menelepon Yuya agar Yuya siap-siap. Michiko mengatakan kalau dia ingin mengajak Yuya keluar malam itu. Yuya sudah selesai bersiap-siap dan sekarang dia sedang menonton televisi di ruang tamu. Hari ini sabtu malam, jadi Yuta sudah pergi duluan untuk berkencan dengan Rin. Saat Yuya sedang menonton iklan, ada suara pintu di ketuk dan Yuya segera membukakan pintu. Yuya kaget karena yang bertamu bukan Michiko, tapi Tarou.
“Konbanwa”, Tarou menyapa Yuya.
“Heh? Kenapa Tarou senpai? Nee chan mana?”, tanya Yuya.
“Maaf Yuya, sebenarnya yang menyuruh Nee chan meneleponmu adalah aku. Tapi kalau aku yang langsung menelepon, pasti kamu tidak mau pergi denganku”, kata Tarou.
“Oh”, jawab Yuya singkat.
“Yuya sudah siap kan? Kita pergi sekarang yuk. Supaya tidak pulang kemalaman”, kata Tarou.
Yuya pun setuju untuk pergi dengan Tarou. Sebenarnya Yuya sangat senang karena akhirnya dia bisa pergi dengan Tarou malam ini. Saat berada di dekat Tarou, jantung Yuya berdebar kencang. Entah sejak kapan dia merasakan itu.
Tarou mengajak Yuya pergi ke pinggir sungai Asahi yang membelah kota Okayama. Cahaya lampu jalan terpantul di air sungai Asahi yang saat siang hari terlihat jernih. Hari ini banyak pemuda dan pemudi yang menghabiskan malamnya berjalan-jalan ke luar rumah.
Selama beberapa saat Yuya dan Tarou hanya diam karena mereka merasa gugup berdekatan satu sama lainnya. Akhirnya Yuya memecahkan kekikukan diantara mereka.
“Kenapa Tarou senpai mendadak mengajakku keluar malam ini?”, tanya Yuya.
“Ah, tidak. Aku hanya ingin menemani Yuya saja karena kata Nee chan kamu sendirian di rumah”, Tarou membuat alasan.
“Oh begitu. Terima kasih senpai”, kata Yuya sambil kembali memandangi pantulan sinar lampu di air sungai.
“Kalau kamu butuh teman, aku akan selalu ada untukmu”, tambah Tarou lagi.
Yuya mengangguk menyetujui pernyataan Tarou. Senyum Yuya terlihat sangat manis dan itu membuat Tarou semakin gugup.
Tarou sebenarnya punya maksud teretntu mengajak Yuya keluar malam itu. Tarou ingin menyatakan perasaannya pada Yuya. Tapi dia bingung harus memulai dari mana. Perasaan gugup terlanjur menyerangnya. Kemudian Tarou menarik nafas panjang dan mulai berbicara.
“Malam ini indah ya”, katanya basa-basi.
“Un”
“Bintangnya juga indah, tapi sinarnya tidak seterang sinar gadis yang ada di sebelahku”, kata Tarou yang mendapat kekuatan darimana untuk mengatakan kata-kata gombal pada Yuya seperti itu.
“Heh’, Yuya kaget dengar kata-kata Tarou.
“Yuya chan, aku suka Yuya? Apa Yuya chan punya perasaan yang sama denganku?”, akhirnya Tarou menyatakan perasaannya. “Tapi kalau Yuya tidak suka padaku, tidak apa-apa. Kita masih bisa jadi teman kan.”
“Ano.... Senpai, saya kaget mendengarnya. Tapi saya, saya juga suka dengan senpai. Saya mengira hanya saya yanng merasakan hal ini, tapi ternyata senpai juga. Saya sangat senang”, jawab Yuya di luar dugaan Tarou.
“ Kalau begitu, Yuya chan mau menjalin hubungan denganku?”, tanya Tarou penuh harap.
Yuya hanya menjawab dengan sebuah anggukan yang sentak membuat Tarou merasa sangat bahagia seperti ada kembang api yang keluar dari kepalanya. Malam ini ada pasangan baru yanng mulai mencoba berbagi rasa cinta. Tapi apakah cinta mereka benar-benar cinta sejati dan sampai kapan akan bertahan, semuanya kuasa Tuhan.
***********
Tarou dengan ragu-ragu memberanikan diri memegang tangan Yuya walaupun dia takut Yuya akan menolaknya. Tapi ternyata Yuya membalas uluran tangan Tarou dengan senang hati.
“Yuya chan, kamu tahu kenapa jari kita ada sela-selanya?”, tanya Tarou dan Yuya hanya menggeleng.
“Ada yang bilang, kalu jari-jari kita ada selanya karena untuk di isi oleh jari-jari seseorang saat kita bergandengan tangan”, kata Tarou.
“Oh, aku baru tahu senpai”, jawab Yuya.
“Jangan panggil aku senpai lagi. Sekarang kamu adalah pacarku”, pinta Tarou.
“Ah, gomen ne, Tarou kun”, kata Yuya.
Tarou pun mengantar Yuya pulang karena sudah jam sembilan malam. Di bawah langit musim gugur, Tarou menggandeng tangan Yuya hingga mereka sampai di depan rumah Yuya. Setelah mengucapkan salam perpisahan, Tarou pun pulang.
Tarou tak henti-hentinya tersenyum sepanjang perjalanan. Dia tidak menyangka Yuya akan membalas cintanya. Tarou pun mengirim pesan pada sahabatnya Ken memberitahukan kabar menyenangkan ini.
Sementara itu, Yuya membuka pintu rumahnya yang ternyata masih terkunci dan itu berarti Yuta belum pulang dari kencannya bersanma Rin. Setelah berkumur dan mencuci tangan dan kakinya, Yuya mengambil segelas air putih dan menonton televisi di ruang tamu. Saat Yuya sedang asyik menyaksikan acara musik, terdengar suara pintu di ketuk. Yuya membukakan pintu dan ternyata itu adalah Yuta yang di papah oleh Rin. Ternyata Yuta kebanyakan minun sake sehingga membuatnya mabuk malam itu.
“Yuya chan, maafkan Nii chan.”, kata Yuta dari alam bawah sadarnya.
“Yuya, tolong bantu aku”, kata Rin dan akhirnya Yuya membantu Rin memapah Yuta ke ruang tamu dan menidurkannya di sofa.
“Maaf Yamasaki san, Nii chan kenapa?”, tanya Yuya.
“Dia kebanyakan minun sake. Aku sudah melarangya tdi tapi dia tetap bersikeras. Dan dari tadi dia terus mengigau meminta maaf padamu Yuya”, jelas Rin.
“Heh? Untuk apa Nii chan minta maaf padaku?”, tanya Yuya dalam hatinya.
“Yuya chan, maafkan aku. Orang tuaku sudah meneleponku. Mereka menyuruhku pulang’, kata Rin.
“Iya Yamasaki san. Terima kasih sudah mengantar Nii chan pulang. Sepertinya Yamasaki san memang pacar yang baik untuk Nii chan”, Yuya memuji Rin.
“Ah kamu bisa saja. Ja, sampai jumpa. Tidak usah mengantarku keluar”, kata Rin berpamitan.
”Hati-hati di jalan”, kata Yuya dan kemudian Rin pun pulang.
Yuta terus mengigau dan meminta maaf pada Yuya sehingga membuat Yuya semakin bingung sekaligus penasaran. Ada apa sebenarnya? Yuya mengambil selimut dan menyelimuti Yuta yang terbaring di atas sofa.
“Yuya chan, maafkan Nii chan”, Yuta mengigau lagi.
“Nii chan salah apa pada Yuya?”, Yuya iseng bertanya.
“Karena Nii chan mencintai Yuya bukan sebagai adik tapi sebagai seorang wanita”, kata Yuta yang langsung membuat Yuya kaget.
“Apa maksud Nii chan? Kita adalah saudara”, kata Yuya lagi.
“Kita bukan saudara”, kata Yuta yang membuat Yuya semakin kaget.
“Ah Nii chan sedang mabuk jadi sembarangan bicara”, kata Yuya meyakinkan dirinya Yuta benar-benar mabuk dang mengatakan kebohongan.
Akhirnya Yuya memutuskan untuk membiarkan Yuta istirahat di ruang tamu dan menunggu sampai besok untuk mengetahui kebenaran kata-kata Yuta.
Yuya membaringkan dirinya di kasur dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Tapi dia masih memikirkan ucapan Yuta yang sedang mabuk itu sampai akhirnya matanya benar-benar berat dan membuat Yuya tertidur.
“Yuya chan”, terdengar suara lembut seorang wanita memanggilnya dan Yuya menoleh ke arah suara itu. Seorang wanita cantik berambut panjang dan bermata coklat dan senyum yang menawan seperti Yuya berdiri memandang ke arah Yuya.
“Ibu”, teriak Yuya dan langsung lari ke dalam pelukan wanita itu yang adalah ibunya.
Ibunya terlihat sangat cantik, seperti tanpa beban. Berbeda dengan Ibunya yang dia lihat sembilan tahun yanng lalu. Disebelahnya ibunya berdiri Ayahnya yang tersenyum ke arahnya. Mereka semua memakai pakaian berwarna putih, begitupun dengan Yuya.
“Sepertinya Yuta merawatmu dengan baik”, kata ayahnya.
“Un. Nii chan sangat sayang pada Yuya walaupun kadang berlabihan”, jawab Yuya.
“Kami sangat merindukan Yuya. Kami ingin bersama-sama lagi dengan Yuya. Apa Yuya mau bersama kami lagi?”, tanya Ibunya.
“Tentu Yuya mau. Yuya ingin berkumpul dengan Ayah, Ibu dan Nii chan”, jawab Yuya senang.
“Yuta tidak akan ikut bersama kita. Yuta masih punya urusan. Jadi hanya kita saja”, kata Ibunya lagi.
“Ah tidak seru kalau tidak dengan Nii chan”, kata Yuya. “Tapi tidak apalah. Nii chan juga sekarang sudah punya Yamasaki san, jadi Nii chan tidak akan kesepian kalau tidak ada Yuya”,.
Ayah dan ibunya tersenyum pada Yuya.
“Kami akan kembali untuk menjemput Yuya chan”, kata ayahnya dan kemudian orang tuanya menghilang.
Yuya kaget dan terbangun dari tidurnya. Ternyata dia bermimpi. Dia benar-benar merasa kalau dia habis bertemu dengan orang tuanya. Nafas Yuya tidak beraturan. Lalu dia melihat jam dinding di kamarnya dan ternyata sudah pukul lima pagi. Yuya memilih untuk tidak melanjutkan tidurnya lagi.
Yuya turun dari kamarnya di lantai dua. Dia melihat kakaknya masih tertidur di sofa. Kemudian Yuya menuju dapur dan memasakkan sup untuk kakaknya. Yuya hampir lupa memasukkan garam karena dia masih memikirkan kata-kata kakaknya semalam dan mimpi tentang orang tuanya.
Yuya tak menyadari ternyata Yuta sudah terbangun dari tidurnya.
“Ah, kenapa kepalaku pusing?”, kata Yuta pada dirinya sendiri.
“Ohayou. Semalam Nii chan mabuk. Dan Yamasaki san mengantar Nii chan pulang.”, Yuya menjelaskan.
“Maafkan Nii chan”, kata Yuta.
“Ayo kita makan dulu. Yuya sudah masakkan sup untuk Nii chan”, ajak Yuya dan mereka pun sarapan pagi di meja makan.
Setelah selesai makan, Yuya membereskan semuanya dan mencuci piring, sementara Yuta kembali ke ruang tamu dan dia meyalakan televisi yang sedang menyiarkan berita pagi di hari minggu yang cerah ini.
Yuya sudah menyelesaikan semuanya, kemudian dia ke ruang tamu dan duduk di sofa yang berhadapan dengan Yuta. Dia ingin menceritakan mimpinya dan menenyakan tentang apa yang Yuta katakan saat dia mabuk semalam.
“Yuya mimpi bertemu ayah dan ibu. Mereka ingin mengajak Yuya pergi. Katanya mereka akan menjemput Yuya lagi”.
“Apa?”, Yuta kaget. “Yuya bilang apa? Yuya bilang masih ingin bersama Nii chan kan?”, kata Yuta.
“Iya Nii chan”, Yuya berbohong.
“Syukurlah”, kata Yuta lega.
“Ada hal lain yang ingin Yuya tanyakan juga”, kata Yuya lagi.
“Ada apa? Kenapa pagi ini Yuya terlihat serius?”, tanya Yuta.
“Semalam saat mabuk. Nii chan mengatakan Nii chan mencintai Yuya sebagai seorang wanita. Dan yang lebih mengejutkan Nii chan bilang kita bukan saudara. Apa maksud semua ini? Katakan kalau Nii chan mabuk jadi Nii chan mengatakan kebohongan”, tanya Yuya.
Yuta keget mendengar pertanyaan Yuya. Kenapa dia mengatakan hal seprti itu saat mabuk? Apa ini sudah saatnya dia menceritakan pada Yuya? Dia tidak mungkin menyimpan rahasia ini selamanya. Akhirnya Yuta memutuskan untuk menceritakan semuanya.
“Yuya memang bukan adik kandung Nii chan”, kata Yuta dan itu membuat Yuya shocked.
“Kita tidak ada hubungan darah sama sekali. Ibuku meninggal saat aku berumur enam tahun karena sebuah kecelakaan mobil bersama ayahku. Ayahku selamat tapi tidak dengan ibuku. Itu kehilangan pertama kali yang aku alami. Saat aku berumur tujuh tahun, ayah menikahi ibu Yuya yanng saat itu sedang hamil Yuya. Ibu Yuya mengalami pemerkosaan pada saat itu. Untuk menutupi aib keluarga, akhirnya kakek dan nenek Yuya menikahkan ibumu dengan ayahku dan lahirlah Yuya. Walaupun aku bukan anak kandungnya, ibu sangat menyayangiku. Dia memberikan kasih sayang yang sama padaku dan Yuya. Dan aku pun menganggap Yuya seperti adik kandungku sendiri”, Yuta menceritakan yang sebenarnya.
“Jadi Yuya anak haram?”, tanya Yuya.
“Tidak Yuya, kamu anak ayah dan ibu”, kata Yuta.
Yuya tak kuasa membendung air matanya. Kenyataan seperti apa ini? Dia tidak pernah membayangkan semua akan seperti ini. Kenapa kakaknya menyimpan rahasia ini begitu lama.
“Maafkan Nii chan merahasiakan semua dari Yuya. Nii chan tidak ingin kehilangan Yuya. Nii chan takut kalau Yuya tahu semua, Yuya akan meninggalkan Nii chan. Dan bodohnya lagi, Nii chan jatuh cinta pada Yuya. Entah sejak kapan perasaan seperti itu ada. Nii chan ingin menghapusnya tapi tidak pernah bisa. Karena itu, Nii chan pacaran dengan Rin. Nii chan berharap Nii chan bisa memberikan perasaan cinta Nii chan padanya”, kata Yuta lagi.
“Maafkan Nii chan”, kata Yuta yang kemudian memeluk Yuya. Tangisan Yuya semakin keras. Tangisan Yuya yang seperti ini terakhir kali dilihat Yuta saat pemakaman ibunya.
“Sampai kapanpun, Nii chan akan tetap jadi kakak Yuya walaupun kita tidak ada hubungan darah sama sekali”, kata Yuya tersenyum setelah tangisnya berhenti.
“Un. Yuya akan selalu jadi adik Nii chan yang manis”, kata Yuta.
“Hah, hari ini cerah jadi sayang kalau hanya diam di rumah. Nii chan Yuya mau jalan-jalan keluar ya”, Yuya meminta izin.
“Mau keluar dengan siapa?”, tanya Yuta.
“Tarou kun. Kemarin malam kami baru jadian”, jawab Yuya.
“Heh? Tarou kun? Semoga dia bisa menjaga Yuya kalau Nii chan tidak ada”, kata Yuta.
Yuya kembali ke dalam kamarnya. Dia berusaha menerima semua kenyataan ini. Dia mengirim pesan singkat pada Tarou agar menemaninya keluar hari ini dan Tarou menyetujuinya. Mereka berjanji bertemu di Korakuen, salah satu taman terindah yang ada di Jepang. Yuya ingin sedikit menenagkan hati dan pikirannya setelah mengetahui semua kenyataan ini.
Sekitar setangah jam kemudian, Yuya turun dari kamarnya. Dan dia berpamitan pada kakaknya.
“Nii chan, Yuya pergi dulu. Nii chan, hontou ni arigatou”, kata Yuya.
“Iya. Yuya hati-hati ya. Salam untuk Tarou”, kata Yuta. Dan entah kenapa perasaannya mengatakan Yuya tidak akan kembali padanya lagi. Tapi Yuta berusaha membuang perasaan itu jauh-jauh.
Yuya berjalan kaki menuju halte bis yang tak jauh dari rumahnya. Dia naik bis yang menuju ke Korakuen. Dalam perjalanan, Yuya hanya melamun. tak perlu waktu lama untuk sampai ke Korakuen. Akhirnya bus menghentikan lajunya. Saat Yuya turun dari bus, Yuya melihat Tarou sudah menunggunya di seberang jalan. Tarou melambaikan tangannya pada Yuya dan di balas dengan senyuman manis khas Yuya sambil melambaikan tangan juga. Yuya sudah tidak sabar ingin jalan-jalan di Korakuen bersama Tarou namun, saat Yuya menyebrang, tiba-tiba ada sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melaju kearah Yuya dan akhirnya Yuya pun di tabrak.
Tarou kaget melihat kekasihnya ditabrak, dan dia segera berlari ke arah Yuya.
“Yuya......”, teriak Tarou dan air matanya tak dapat di bendung.
Tarou segera membawa Yuya kerumah sakit dan Yuya segera mendapat penanganan dari dokter. Tarou segera memberitahu Michiko dan Yuta tentang kecelakaan ini. Dua puluh lima menit kemudian Michiko sampai di rumah sakit dan tak lama kemudian Yuta datang. Hana dan Ken pun datang ingin mengetahui keadaan Yuya.
Sudah satu jam Yuya mendapat penanganan dokter. Yuta menceritakan pada Michiko dan Tarou tentang mimpi Yuya kalau dia di jemput ayah dan ibunya. Dan Yuta merasa ini sebuah pertanda bahwa Yuya tak lama lagi akan meninggalkannya. Yuta mungkin bisa sedikit tabah, tapi tidak dengan Tarou. Baru satu hari Yuya menjadi kekasihnya dan sekarang Yuya terbaring di ruang unit gawat darurat, bertarung antara hidup dan mati.
Akhirnya dokter pun keluar dari ruang UGD dan membawa kabar tentang keadaan Yuya.
“Sensei, bagaimana keadaan adik saya?”, tanya Yuta.
“Maafkan kami. Kami sudah berusaha semampunya tapi kami tidak berhasil menyelamatkan adik anda”, kata dokter yang menangani Yuya yang sentak membuat mereka terpukul. Dan yang paling terpukul adalah Tarou.
Tarou sekarang terduduk di kursi ruang tunggu di depan UGD. Dia sudah tak lagi menagis, tapi kini dia lebih parah dari mayat. Raganya masih bernyawa tapi jiwanya seakan sudah tidak ada dalam tubuhnya.
Yuta, Michiko, dan Hana juga tidak mampu manahan air matanya. Yuya yang mereaka sayangi pergi meninggalkan mereka untuk selamanya.
Yuta memutuskan untuk memakamkan Yuya di Aomori, di tempat yang sama dengan orang tuanya. Untuk kesekian kalinya, Yuta harus mengucapkan salam perpisahan pada orang yang dia cintai. Di musim gugur, musim yang paling di sukai Yuya, dia pergi meningalkan orang-orang yang mencintainya untuk selamanya.
“Ayah, ibu, sekarang kalian bisa berkumpul lagi dengan Yuya. Suatu saat nanti aku jjuga akan menyusul kalian”, kata Yuta di depan pusara Yuya.
Pemakaman sudah berakhir. Yuta, Rin, Michiko, Hana, Ken, dan keluarga mereka yang lain meninggalkan pemakaman. Tapi tidak dengan Tarou. Dia masih belu merelakan Yuya pergi secepat itu dari sisinya. Yuta dan Michiko memutuskan untuk membiarkan Tarou berada disana lebih lama lagi.
Saat menatap kearah pusara tempat peristirahatan Yuya yang terakhir, Tarou mengingat sesuatu. Mengingat seorang gadis kecil yang nyaris ditabrak oleh sopirnya beberapa tahun yang lalu di depan pemakaman ini. Ternyata Tarou baru menyadari gadis itu adalah Yuya.
“Kita bertemu ditempat ini pertama kali dan ternyata kita harus berpisah di tempat ini juga”, kata Tarou.
**********
Seminggu setelah kematian Yuya, Yuta kembali ke Okayama. Dia ingin mengenang saat-saat bersama Yuya. Yuta masuk ke kamar adiknya, dan dia menemukan buku harian Yuya. Yuta mulai membacanya. Dan sampai pada halaman terakhir yang berisi tulisan tangan Yuya. Itu di tulis tepat di hari kematian Yuya.
25 Oktober
Semalam aku bermimpi ayah dan ibu menjemputku. Apakah ini sebuah pertanda? Tapi aku ingin sekali bersama ayah dan ibu.
Hari ini juga aku mengetahui sebuah kenyataan yang sudah disembunyikan Nii chan selama enam belas tahun terakhir. Aku bukanlah adik kandungnya. Aku kaget mendengar semua ini. Tapi apapun yang terjadi, Nii chan akan selalu jadi kakakku yang paling aku sayangi.
Nii chan, arigatou......
Yuya merasa ini sudah saatnya pergi bersama ayah dan ibu. Nii chan jaga diri ya. Dan cobalah mencintai Yamasaki san yang sangat mencintai Nii chan.
Tarou kun, maaf kita tidak bisa bersama dalam waktu lama. Tapi terima kasih untuk saat-saat indah yang sudah Tarou kun berikan. Gomen ne......
Yuta kembali menagis setelah membaca buku harian Yuya. Selamat tinggal Yuya.......
Yoshi's note:
Akhirnya selesai juga. Yoshi memutuskan untuk memperpendek cerita ini. thanks buat yang sudah meluangkan waktu membaca semuanya.... mohon maaf jika ada kesalahan.
Sampai jumpa di cerita berikutnya.....
Sampai jumpa di cerita berikutnya.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar