Yozora no Shita de
Bulan
September, awal musim gugur. Hari-hari di bulan September sudah tidak sepanas
hari-hari di musim panas. Hembusan angin musim gugur mulai terasa di kejauhan.
Daun-daun pohon maple pun sepertinya
mulai bersiap untuk berubah warna.
Pagi itu Keisuke berniat membeli sekaleng kopi di mesin
penjual minuman otomatis yang ada di depan toko yang tidak jauh dari rumahnya.
Namun, saat akan mengambil uang dari dompetnya, Keisuke menyadari jika
dompetnya tidak ada di tas sekolahnya. Keisuke berusaha mengingat dimana
kira-kira dia meletakkan dompetnya.
“Dompetku dimana ya?”
Sekeras apapun Keisuke mencoba mengingatnya, dia tidak
mendapatkan petunjuk dimana keberadaan dompetnya. Keisuke pun membatalkan
niatnya untuk membeli minuman kaleng pagi itu. Dia mengayuh sepedanya perlahan
melewati jalanan di pagi hari yang masih sepi menuju ke sekolahnya. Hembusan
angin yang sejuk menerpa wajah Keisuke sepanjang perjalanan dan lima belas
menit kemudian dia sampai disekolahnya, SMA Seinen.
Keisuke memarkir sepedanya dan segera bergegas memasuki
gedung sekolahnya. Namun, saat Keisuke memasuki halaman sekolahnya terdengar
teriakan seorang gadis memanggil namanya dari arah gerbang sekolahnya.
“Keisuke….Keisuke…. Tunggu aku”, teriak gadis itu dan
Keisuke pun menoleh.
Gadis itu ternyata Miyata Tomoko, teman sekelas Keisuke
sekaligus sahabatnya sejak SMP. Keisuke pun menghentikan langkahnya. Dari
kejauhan terlihat Tomoko berlari kecil kearah Keisuke sambil melambaikan
tangannya. Keisuke pun membalas lambaian tangan sahabatnya itu. Saat Tomoko
sudah hanya tinggal beberapa langkah lagi dari tempat Keisuke berdiri terlihat
wajah Tomoko yang tersenyum.
“Keisuke, ini”, kata Tomoko sambil menyerahkan dompet
Keisuke dan Keisuke pun terkejut.
“Eh? Kenapa dompetku ada padamu?”, Tanya Keisuke bingung.
“Rahasia”, jawab Tomoko sambil tersenyum mencurigakan.
“Eh?”
Sambil tersenyum bahagia Tomoko meninggalkan Keisuke yang sedang bingung dibelakangnya. Keisuke yang masih bingung mengejar Tomoko sambil terus memaksa Tomoko mengatakan alasan kenapa dompetnya bisa ada pada Tomoko. Namun Tomoko hanya tersenyum tanpa mengatakan apapun pada Keisuke.
Sambil tersenyum bahagia Tomoko meninggalkan Keisuke yang sedang bingung dibelakangnya. Keisuke yang masih bingung mengejar Tomoko sambil terus memaksa Tomoko mengatakan alasan kenapa dompetnya bisa ada pada Tomoko. Namun Tomoko hanya tersenyum tanpa mengatakan apapun pada Keisuke.
Keisuke meletakkan tasnya diatas meja. Sesekali dia
melihat kearah Tomoko yang duduk dibelakangnya. Keisuke merasa aneh, kenapa
Tomoko senyum-senyum tidak jelas seperti itu. Pasti ada seseuatu yang membuat
Tomoko seperti itu dan pasti ada alasan juga kenapa dompet Keisuke ada pada
Tomoko.
“Eh, Tomoko, hari ini kamu aneh deh”.
“Apanya yang aneh? Biasa aja kok”.
“Lalu kenapa kamu senyum-senyum tidak jelas begitu dari
tadi?”, tanya Keisuke.
“Tadi, aku bertemu dengan Koike senpai didepan gerbang
sekolah”, jawab Tomoko sambil tersenyum.
“Koike senpai?”, Keisuke menjadi semakin bingung. “Siapa Koike senpai?”,tanya Keisuke lagi.
“Koike senpai?”, Keisuke menjadi semakin bingung. “Siapa Koike senpai?”,tanya Keisuke lagi.
“Senpai keren dari kelas 3-1 itu. Masa Keisuke tidak tahu”,
kata Tomoko.
“Orang yang kamu suka sejak kita kelas satu itu?”, kata
Keisuke yang teringat akan seseorang bernama Koike.
“Ssstttt….Keisuke, Jangan keras-keras. Aku kan malu”.
“Memangnya ada urusan apa dia ketemu sama kamu tadi?”,
tanya Keisuke penasaran.
“Sebenarnya dia tidak ingin ketemu aku sih. Tadi dia
menitipkan dompet Keisuke padaku. Tapi tidak apalah yang penting aku bisa
bicara sama dia”.
“Eh?”, Keisuke kaget dan tiba-tiba dia teringat sesuatu.
“Aku ingat sekarang. Kemarin aku pergi ke Internet Café
dan staffnya seorang laki-laki tampan yang sepertinya seumuran dengan kita”,
kata Keisuke.
“Internet Café dimana?”, tanya Tomoko.
“Daichi Internet Café”, jawab Keisuke.
“Apa Koike senpai kerja sambilan disana ya? Aku ingin
kesana. Temani aku kesana ya”, Tomoko membujuk Keisuke.
“Iya. Nanti pulang sekolah aku temani kesana. Aku juga
malas pulang kerumah”, kata Keisuke.
******
Bel tanda pelajaran hari ini selesai pun berbunyi.
Murid-murid dikelas Keisuke segera memasukkan buku-buku mereka kedalam tas dan
segera bergegas untuk pulang kerumah masing-masing. Keisuke dan Tomoko yang akan pergi ke internet café
tempat Koike bekerja sambilan pun segera meninggalkan ruangan kelas. Daichi
Internet Café yang mereka tuju tidak begitu jauh dari sekolah mereka hanya
sepuluh menit jika ditempuh dengan naik sepeda atau 20 menit apabila berjalan
kaki. Dua puluh menit kemudian mereka sampai di Daichi Internet Café. Keisuke
memarkir sepedanya ditempat parkir yang tersedia dan Tomoko menunggu Keisuke di
depan pintu masuk. Setelah memarkir sepedanya mereka pun segera masuk kedalam
internet café itu.
“Selamat Datang”, kata staffnya.
“Selamat sore. Yang kosong disebelah mana ya?”, tanya
Keisuke pada staff itu.
“Mari saya antar”, kata staff itu pada Keisuke dan
Tomoko.
Keisuke dan Tomoko pun berjalan mengikuti staff internet café
itu. Namun, saat tiba bilik yang kosong itu, tiba-tiba ponsel Tomoko berbunyi
pertanda ada pesan masuk. Pesan itu
dari kakaknya.
To : Tomoko
From : Sachiko
Tomoko, kamu dimana? Kamu kan sudah janji mau menemaniku
belanja. Cepat pulang.
Tomoko pun ingat kalau dia ada janji
dengan kakaknya. Dia pun bergegas pulang sebelum kakaknya marah-marah padanya.
“Keisuke, maaf ya aku harus pulang. Aku lupa ada janji dengan kakakku”, kata Tomoko pada
Keisuke
“Iya, tidak apa-apa. Cepat pulang
sana sebelum Kak Sachiko marah padamu”, kata Keisuke.
Akhirnya Keisuke memutuskan untuk
main games online seperti biasanya dan sesekali dia membaca arikel-artikel
tentang astronomi. Salah satu artikel itu menyatakan bahwa tanggal 14 September
akan ada hujan meteor dan kemungkinan bisa terlihat di Jepang.
“Aku ingin melihatnya”, gumam Keisuke
dalam hatinya.
Hari itu berjalan begitu cepat. Keisuke
yang sedang asyik bermain games pun melihat arlojinya. Dan diapun terkejut,
sudah pukul tujuh malam. Jika dia tidak segera pulang pasti ibunya akan marah
padanya. Dia pun mengambil tasnya lalu menuju meja kasir untuk membayar. Sesampainya
di meja kasir, staff yang tadi melayaninya tidak ada lagi tapi dia sudah
digantikan oleh seorang laki-laki yang diketahui bernama Koike, orang yang
disukai oleh Tomoko.
“Koike senpai, terima kasih sudah
mengembalikan dompetku”, kata Keisuke.
“Sama-sama”, kata orang yang bernama
Koike itu.
“Senpai sudah lama bekerja sambilan
disini?”, tanya Keisuke berbasa-basi sambil membayar.
“Sejak setahun yang lalu”, katanya
sambil menyerahkan kembalian Keisuke.
“Terima kasih”, kata Keisuke.
“Terima kasih, silahkan datang
kembali dan jangan lupakan dompetmu lagi”.
Keisuke pun tersenyum dan segera
meninggalkan internet café itu.
Beberapa hari kemudian, Tomoko
mengajak Keisuke ke internet café itu lagi. Tapi Keisuke menolaknya.
“Keisuke, hari ini temani aku kesana
lagi ya. Tolonglah”, bujuk Tomoko.
“Maaf Tomoko hari ini aku tidak bisa”,
kata Keisuke lalu dia meninggalkan kelasnya karena saat ini masih jam
istirahat.
Besok tanggal 15 September dan itu
adalah hari ulang tahun Keisuke. Tahun lalu Keisuke masih bisa merayakan ulang
tahunnya dengan keluarga yang harmonis. Apakah tahun ini hal seperti itu bisa
dia rasakan lagi? Sejak awal tahun ini kedua orang tuanya selalu bertengkar dan
kakak laki-lakinya pun meninggalkan rumah sejak beberpa bulan yang lalu karena
tidak tahan melihat pertengkaran kedua orang tua mereka. Keisuke merasa
keluarganya yang dulu harmonis kini sudah hancur. Dengan pikiran yang bercampur
aduk Keisuke menaiki satu persatu anak tangga menuju atap sekolahnya. Dia
membuka pintu yang ada diujung tangga itu dan seketika hembusan angin musim
gugur yang sejuk menerpa wajahnya. Memilukan, itulah yang dirasakan Keisuke
ketika angin itu berhembus kearahnya.
Perlahan Keisuke melangkahkan kakinya
diatas gedung empat lantai itu. Keisuke menoleh ke sebelah kirinya dan dia
menyadari bukan hanya dia satu-satunya yang ada disana. Ada seorang murid laki-laki yang sedang membaca buku dengan
tenangnya disana. Saat murid laki-laki itu menyadari kehadiran Keisuke, dia
menoleh kearah Keisuke dan ternyata dia adalah seseorang yang bernana Koike.
Koike pun tersenyum pada Keisuke. Entah kenapa senyuman Koike membuat Keisuke
merasakan sesuatu yang berbeda terjadi dalam dirinya.
“Koike senpai…..”, terdengar suara
berbisik Keisuke saat memanggil nama orang itu.
“Oi, Yamada. Apa yang kau lakukan
disana?”, tanya Koike itu.
“Hmmm…. Menenangkan diri”, jawab
Keisuke. “Senpai sendiri sedang apa disini?”, Keisuke balik bertanya.
“Mengisi waktu luang”, jawab Koike
tenang.
“Yamada, nanti kamu akan ke tempat
kerjaku lagi?”, tanya Koike.
“Sepertinya tidak senpai. Memangnya
kenapa?”
“Tidak. Aku hanya bertanya. Sudah seminggu terakhir ini
kamu selalu datang kesana”, kata Koike.
“Eh? Sudah seminggu ya?”, kata
Keisuke yang tidak menyadarinya.
“Kebetulan hari ini aku libur kerja
dan rencananya aku mau ke toko buku sore ini. Kamu mau ikut?”, tanya Koike pada
Keisuke.
Keisuke kaget mendengar bahwa orang
yang bernama Koike itu mengajaknya pergi bersama ke toko buku. Apa yang terjadi
sesungguhnya? Keisuke merasa senang saat Koike mengajaknya pergi dan sesungguhnya
dia sangat ingin pergi. Tapi, akhirnya Keisuke menolaknya.
“Maaf Koike senpai, hari ini aku
sudah ada acara”, kata Keisuke berbohong.
“Sayang sekali ya”, kata Koike itu
sambil tersenyum. “Kamu ada acara dengan pacarmu ya?”, kata Koike sambil
tersenyum jahil.
“Aku tidak punya pacar”, kata Keisuke
dengan muka yang memerah.
“Aku hanya bercanda”, kata Koike
sambil berjalan kearah Keisuke.
“Aku tahu kamu tidak punya pacar,
Keisuke”, kata Koike berbisik ditelinga Keisuke dan segera saja ucapan Koike
itu membuat Keisuke tidak bisa menggerakkan tubuhnya.
“Ada apa denganku? Kenapa aku menjadi
seperti ini? Kenapa aku senang saat Koike senpai memanggil namaku?”, batin
Keisuke.
“Ah, iya. Jangan panggil aku Koike
senpai lagi, panggil aku Ryu”, kata Koike itu sambil berjalan ke arah pintu
keluar tempat itu.
Keisuke menoleh kearah pintu itu dan
perlahan sosok Koike Ryuta menghilang dari pandangan matanya. Hembusan angin menerpa
tubuh Keisuke yang masih berdiri dan terdiam. Keisuke masih tidak mengerti apa
yang baru saja terjadi.
“Ryu….”
“Kenapa dia menyuruhku memanggilnya
Ryu? Aku kan tidak akrab dengannya. Aku juga tidak berteman dengannya.”, batin
Keisuke.
Dibalik semua keanehan yang terjadi hari
itu, dari lubuk hatinya Keisuke merasa sangat senang. Dia ingin segera bertemu
dengan sesosok murid kelas 3-1 SMA Seinen, Koike Ryuta. Karena kejadian tadi
Keisuke merasa Ryuta orang yang menarik dan penuh misteri. Itulah yang membuat
Keisuke ingin bisa mengobrol lebih banyak lagi dengannya. Seharian ini yang
dipikirkan Keisuke hanyalah Ryuta dan Keisuke pun lupa kalau besok adalah ulang
tahunnya.
“Aku pulang”, kata Keichan saat
membuka pintu rumahnya tapi tak seorangpun menjawab salamnya.
Keisuke melepaskan sepatunya dan
meletakkannya di rak sepatu yang ada di dekat pintu masuk. Kamar Keisuke dan
kedua kakaknya ada dilantai dua rumah itu. Untuk menuju kamarnya, Keisuke
berjalan melewati ruang tamu dan kamar orang tuanya yang ada dilantai dasar
sebelum dia mencapai tangga menuju ke kamarnya di lantai dua. Saat melewati
ruang tamu dia melihat ibunya yang sepertinya sedang mengecek pengeluaran rumah
tangga karena dimeja didepannya ada kertas-kertas nota, pulpen, kalkulator dan
sebuah buku tulis.
“Ibu, aku pulang”, kata Keisuke
“Ah, Kei chan sudah pulang ya. Kamu sudah makan? Ibu
masak Kare kesukaan Kei-chan”, kata ibunya.
“Terima
kasih bu. Aku mau ganti baju dulu”, kata Keisuke.
Keisuke
bergegas menuju kamarnya. Dia meletakkan tasnya diatas meja belajarnya lalu
merebahkan dirinya yang masih menggunakan seragam sekolah ke tempat tidurnya.
Sambil menatap langit-langit kamarnya Keisuke teringat kembali akan
ketidakharmonisan keluarganya. Memikirkan hal itu membuat Keisuke sakit kepala.
Dia pun meminum obat sakit kepala dan tidak lama kemudian Keisuke pun tertidur
karena efek obat tersebut.
“Keisuke, maafkan kami. Kami harus berpisah. Kami sudah
tidak sejalan lagi”, kata Ayahnya didepan Keisuke, ibunya dan kakak
perempuannya.
“Apa? Kalian ingin bercerai?”, tanya Keisuke pada kedua
orang tuanya.
“Iya. Ibu sudah tidak tahan pada Ayahmu yang selalu
marah-marah pada Ibu”, kata ibunya.
“Tidak.
Aku tidak ingin kalian berpisah”, kata Keisuke sambil menitikkan air mata.
“Maaf Keisuke. Kami tidak bisa bersama
lagi. Sekarang kamu harus memilih akan ikut ibu atau ikut ayahmu?”, tanya
ibunya.
“Tidak….”, teriak Keisuke.
Keisuke pun terbangun dari tidurnya. Ternyata kejadian
tadi hanya mimpi buruk. Dia berharap kejadian dalam mimpinya tadi tidak akan
pernah terjadi. Keisuke duduk di tepi tempat tidurnya sambil menarik nafas
panjang. Setelah sedikit tenang Keisuke pun pergi mandi.
Setelah mandi dan berganti baju
Keisuke bermaksud untuk makan karena perutnya sudah lapar. Namun ditengah
perjalanan menuju ke dapur, Keisuke mendengar ayah dan ibunya sedang
membicarakan sesuatu.
“Ini. Silahkan kamu tanda tangani”,
kata ayahnya pada ibunya sambil menyodorkan selembar kertas.
“Bagaimana cara kita memberitahu
anak-anak tentang hal ini?”, tanya ibunya pada ayahnya.
“Biar aku yang bicara pada mereka”,
kata ayahnya.
Keisuke yang mendengar pembicaraan
mereka pun membuka pintu ruang tamu dan menghampiri kedua orang tuanya.
“Apa yang ingin ayah dan ibu beritahu
pada kami?”, tanya Keisuke.
Kedua orang tua Keisuke saling memandang satu sama lain.
Mereka kaget kenapa Keisuke ada disana. Apakah Keisuke mendengar semua pembicaraan mereka.
Kedua orang tuanya terdiam. Lalu Keisuke mengambil kertas yang tadi diserahkan
ayahnya pada ibunya. Ternyata itu adalah surat cerai. Keisuke sangat marah lalu
melempar kertas itu dan dia pergi meninggalkan orang tuanya.
“Keisuke….. Tunggu…. Keisuke……”, kata ibunya.
Keisuke tidak mempedulikan panggilan
dari ibunya. Dia mengambil sepatunya dan segera keluar dari rumah. Keisuke
tidak punya tujuan. Dia hanya ingin pergi dari rumah itu. Dia tidak ingin
mimpinya tadi menjadi kenyataan. Keisuke hanya mengikuti kemana kakinya membawanya.
Dia terus berlari hingga langkahnya terhenti di tepi sungai yang tak terlalu
jauh dari rumahnya. Dia berjalan kearah sebuah pohon besar ditepi sungai itu.
Disekelilingnya hanya terdapat padang rumput yang terhampar luas dan sebuah
sungai yang tidak terlalu lebar.
Dia merebahkan badannya diatas
rerumputan dan memandangi langit malam yang bercahaya. Keisuke merasa kalau
ditempat itu lebih terang dari biasanya. Ternyata yang membuat tempat itu lebih
terang dari biasanya adalah sinar bulan. Dia memandangi keindahan langit malam
dan dia teringat akan mimpinya dan kejadian yang baru saja dia alami. Air mata
Keisuke pun tak dapat tertahan lagi.
“Kenapa mereka harus bercerai?”,
gumam Keisuke dalam hatinya.
Tak terasa Keisuke sudah berada
ditempat itu lebih dari dua jam dengan memikirkan tentang perceraian kedua
orang tuanya yang membuatnya sakit hati. Air matanya yang tadinya sudah tidak
menetes lagi kini kembali menetes setelah Keisuke teringat kalau besok adalah
hari ulang tahunnya. Dia mengambil kerikil-kerikil kecil disekitarnya lalu
melemparnya ke sungai itu untuk menunpahkan kekesalannya. Saat dia melempar
batu terakhir yang digenggamnya, tiba-tiba ada seseorang dari kejauhan yang
sepertinya berbicara padanya.
“Oi, apa yang kamu lakukan disana? Kamu mau bunuh diri
ya?”, kata suara laki-laki itu.
Keisuke pun menoleh kearah datangnya
suara itu lalu berkata, “Apa?”.
“Kamu mau bunuh diri ya?”, kata suara
itu dan suaranya terdengar lebih dekat dari sebelumnya.
“Eh? Keisuke?”, kata suara itu lagi. Dan
sekarang terdengar langkah kaki yang menuju kearah Keisuke.
“Ternyata benar Keisuke”, kata suara
itu lagi.
Keisuke terkejut melihat siapa yang
saat ini sudah ada didekatnya. Koike Ryuta. Keisuke segera mengusap air
matanya. Jangan sampai Ryuta tahu kalau Keisuke sedang menangis disana.
“Senpai…”, kata Keisuke dengan suara
yang bergetar.
“Senpai? Kan sudah kubilang jangan panggil aku senpai. Panggil Ryu
saja”
“Maaf aku tidak bisa. Senpai kan
senpai disekolah. Jadi aku akan tetap memanggilmu senpai”
“Baiklah kalau itu maumu”, kata Ryuta
dan dia pun duduk disebelah Keisuke.
Suasana hati Keisuke yang tadinya
suram kini berubah menjadi canggung karena Ryuta ada didekatnya. Keisuke
menjadi semakin gugup karena Ryuta tersenyum kepadanya.
“Sen…pai… sedang apa disini?”, tanya
Keisuke gugup.
“Harusnya aku yang menanyakan hal itu
padamu. Aku baru pulang dari toko buku dan tempat tinggalku tidak jauh dari
sini”, Ryuta menjelaskan.
“Oh….”, kata Keisuke.
“Kamu sendiri sedang apa disini? Kamu tidak ingin bunuh
diri kan? Aku tidak ingin kalau nantinya kamu menjadi hantu penunggu pohon ini”,
kata Ryuta sambil meledek Keisuke.
“Tidak. Aku hanya ingin menenangkan
diri saja”, kata Keisuke.
“Keisuke…..”, kata Ryuta sambil menatap mata Keisuke.
Keisuke merasa pandangan mata Ryuta
akan membuatnya mati dalam beberapa detik.
“Senpai tolong jangan menatapku
seperti itu”.
“Maaf. Aku tidak bermaksud apa-apa.
Kalau kamu ada masalah dan perlu teman untuk menceritakan masalahmu, kamu bisa
menceritakannya padaku”
“Aku tidak punya masalah apapun. Jadi
senpai tidak usah khawatir”.
“Baiklah kalau begitu”.
Mereka pun terdiam beberapa saat
sambil memandangi langit malam yang berhiaskan sinar bulan dan bintang yang
indah.
“Keisuke, malam ini katanya aka nada
hujan meteor dan kemungkinan kita bisa melihatnya dari sini”, kata Ryuta
memecahkan keheningan.
Keisuke pun teringat akan artikel
yang dibacanya di internet beberapa hari yang lalu. Hari ini tanggal 14
September.
“Aku juga membacanya di internet
beberapa hari yang lalu”, kata Keisuke.
“Oh begitu. Mari kita tunggu. Apakah kita orang yang beruntung yang bisa melihatnya”,
kata Ryuta.
“Senpai, sekarang jam berapa?”, tanya
Keisuke.
Ryuta melihat arlojinya lalu
menjawab, “Jam 11:58”.
“Sebentar lagi jam dua belas malam. Apakah keluargaku
masih ingat dengan ulang tahunku?”, gumam Keisuke dalam hati.
“Keisuke, selamat ulang tahun”, kata Ryuta tiba-tiba.
“Eh”, kata Keisuke kaget dan segera
memalingkan wajahnya kearah Ryuta begitu mendengar Ryuta mengucapkan selamat
ulang tahun padanya.
Namun, sebelum Keisuke sempat
mengucapkan apapun, bibir Ryuta sudah menempel pada bibir Keisuke. Ryuta
mencium Keisuke dihari ulang tahunnya.
************************************************************
Yoshi's Note:
Gomenasai...
Saking sibuknya Yoshi sampai lupa dengan proyek-proyek yang tertinggal....
Selamat menikmati bagian ini.....
Dewa, mata ne....
Gomenasai...
Saking sibuknya Yoshi sampai lupa dengan proyek-proyek yang tertinggal....
Selamat menikmati bagian ini.....
Dewa, mata ne....