Sabtu, 03 Desember 2011

Semangat Teman...

H-1 Nouryoku Shiken. Aku sangat mengharapkan hari yang tenang sehari sebelum ujian. Sampai siang hari aku msh bisa tenang. Tapi beberapa saat sebelum berangkat les, ada hal yamg menyebalkan, membuat mood belajar jadi hilang. Tapi untungnya di tempat les bisa belajar dengan tenang.
Dan malam ini aku mengetahui sebuah kenyataan yang sungguh tak bisa ku percaya. Dan aku bingung harus ngapain dan harus bagaimana bersikap. Temanku curhat dan mengatakan hal mengejutkan. "Aku hamil" itu kata-kata yang dia ucapkan dari mulutnya dan membuat aku sangat shock dan yang lebih parah lagi, ayah bayi itu yang juga adalah temanku, tidak mau mempertanggungjawabkan perbuatannya, malah si bapak bayi itu "kejam" dan memaksa temanku menggugurkan kandungannya.
Aku sedih, sangat sedih. Ternyata usia kandungan temanku sudah lima bulan dan sampai saat ini, baru sekali,  hari ini dia memeriksakan kandungannya. Dan ternyata di luar dugaan, bayinya sangat sehat padahal sudah berkali2 berusaha digugurkan. Aku sampai meneteskan air mata saat tahu bayi itu sehat.
Aku benar-benar ingin melenyapkan laki-laki itu dari dunia ini. Tapi aku tak mampu. Hanya Tuhan yang bisa mengambil nyawa makhluk ciptaannya.
Saat ini aku hanya bisa memberi dukungan pada temanku tanpa bisa berbuat banyak. Aku menaruh harapan besar pada bayi yang ada dalam kandungannya.
Lahirlah dengan selamat pada waktunya ya sayang. Ibumu membutuhkanmu untuk melindunginya dari ayahmu yang "kejam"itu. Jadilah anak yang baik kelak...
Aku bangga padamu kawan, kamu mampu bertahan sejauh ini...
Semangat......

Sabtu, 01 Oktober 2011

こんばんは。。。。

Yoshi is back....

Setelah lama meninggalkan dunia ini, entah apa yangn membawa Yoshi balik lagi ya?? Kayaknya tertiup angin karena saking ringannya *gaje*

beberapa bulan terakhir Yoshi terasa kehilangan nyawa, padahal lg liburan, malahan setelah mulai kuliah lagi baru balik nyawanya.. Huft...

Selama pergi, Yoshi kangen banget sama tempat ini, tempat yang menyimpan kenangan bahkan pernah menjadi sumber masalah ini.
Mulai sekarang Yoshi akan kembali menyilaukan tempat ini.. hahahahahahha...

Special thanks bwt Ayu kun yang sering sms aku nanyain kapan KIMCHI nya di lanjutin *maaf membuat menunggu* Yoshi berterima kasih buat Ayu kun yg udah mau baca cerita gaje ini..

Bwt Yuki yang selama beberapa bulan terakhir jadi "Darling" ku, sankyuuuuuuu......

これから頑張ります。。。。。
おやすみなさい。。。。

Selasa, 07 Juni 2011

Where is Yoshi?

Suatu hari yang suram di suatu tempat yang suram juga, namain apa ya ni tempat??
disana ada setan, hantu, makhluk halus, dan sebangsanya.

setan : wah bosan,,, hari ini gak ada mangsa lewat ya?
hantu :ada tuh, tinggal di makan. sudah ku masukkan dalam kotak hitam.
setan :wah hantu baik... *ceritanya ni hantu lg baik*
hantu : jangan memuji setan, nanti aku jadi lunglai *loh apa hubungannya*
setan :boleh ku buka kotaknya hantu? *si setan mengambil kotaknya* eh kok ada tulisannya hantu?
hantu :yah, biar gak ketuker sama gula sama garam *apa mksdnya coba*
setan : *mulai membuka kotak yang bertuliskan Yoshi*

jreng....jreng....jreng,,,,, seorang makhluk tranparan yang bernama Yoshi....

setan : hantu kamu bohong ya?? mana mangsanya? kotaknya kosong begini? *marah pada hantu*
hantu :ada kok tadi. aku sudan menangkapnya dan sudah ku kunci rapat2 dalam kotak...
setan : kamu mau menipuku ya??
hantu :tidak setan, tidak...
setan : aku sedang lapar, jadi kamu saja kumakan... wkwkwkwkkwkwk.....
hantu ;jangan setan, jangan......

akhirnya setan memangsa hantu.... sebenarnya ada dimana Yoshi? padahal sudah di kunci rapat2 dalam kotak???

Ternyata Yoshi sedang menonton setan memakan hantu secara Yoshi kan transparan jadi gak keliatan...

*tamat
wkwkwkkwk... *gaje*

Minggu, 05 Juni 2011

Bingung.....

Sekarang sudah bulan Juni. Sebentar lagi UAS dan semester 4 akan berakhir...
huft, tapi udah semester 4 aku belum bisa apa-apa. Kalau masalah nilai, dari semester 1 gak jelek-jelek banget tapi apakah nantinya aku bisa mempertanggungjawabkan semuanya? 
Karena ikut lomba pidato, jadi tidak perlu terlalu khawatir dengan nilai, tapi kalau nilai tinggi tapi gak bisa apa-apa, percuma dan aku tidak mau kalau itu sampai terjadi padaku. aku sadar dengan kemampuan diriku....
Bingung dan takut. takutnya saat udah jadi sarjana nanti tapi tidak bisa mengamalkan ilmu, bahaya kalau sampai semuanya sia-sia....


Akhir-akhir ini jadi tambah gak minat belajar. Perlu sedikit motivasi tambahan kayaknya....
Jadi pengen naik gunung.....

Sabtu, 04 Juni 2011

NII CHAN, ARIGATOU chapter 6

Hari semakin malam, namun Yuta belum juga pulang ke rumah. Padahal Yuya sudah selesai memasak makan malam untuk mereka berdua. Yuya hanya memandangi masakannya yang sudah menjadi dingin di atas meja makan. Saat Yuya sedang melamun tiba-tiba ada yang mengetuk pintu.
            “Shitsurei shimasu”, kata suara orang yang mengetuk pintu.
            “Hai”, jawab Yuya dan dia mengenali suara itu, suara Hana, sahabatnnya lalu Yuya segera membukakan pintu.
            “Ayo masuk, Hana”, Yuya mempersilahkan tamunya masuk.
            “Arigatou ne. Eh, kok sepi? Kakakmu mana?”, tanya Hana sambil mereka berjalan ke ruang tamu.
            “Kamu kesini mau ketemu aku apa ketemu nii chan ku?”, tanya Yuya.
            “Hehehehe, tentunya mau ketemu nii chan mu”, kata Hana menyengir.
            “Hana sudah makan? Temani aku makan yuk. Aku lapar sedangkan Nii chan entah pergi kemana.”
            “Oke, aku tidak akan menolak kalau kamu memintaku”.
            Yuya dan Hana pun makan bersama di meja makan. Sesekali Yuya melihat kearah jam dinding di ruang tamunya karena kakaknya belum pulang juga. Saat mereka sedang makan, terdengar suara pintu yang terbuka. Ternyata Yuta sudah pulang tapi dia tidak sendiri, melainkan bersama pacarnya, Rin.
            “Tadaima”
            “Okaeri”, Yuya menjawab sambil berlari kecil kearah pintu depan.
            “Nee chan kemana saja?”, Yuya bertanya dan betapa kagetnya dia saat melihat Yuta pulang bersama Rin.
            “Konbanwa”, Rin menyapa.
            “Konbanwa”, Yuya menjawabnya.
            “Rin boleh makan malam bersama kita hari ini kan Yuya chan?”, Yuta bertanya pada Yuya.
            “Tentu boleh kalau Yamasaki san mau makan masakankku. Ayo ke ruang makan. Karena Nii chan lama sekali pulangnya, Yuya makan duluan sama Hana”, kata Yuya.
            “Konbanwa”, Hana menyapa Yuta dan Rin dan mereka juga membalas sapaan Hana.
            Mereka berempat menghabiskan makan malam dengan diam. Yang terdengar hanya suara benturan antara sumpit dan piring serta suara jam dinding yang ada di ruang tamu rumah itu. Akhirnya Hana memecahkan keheningan.
            “Gochisousama deshita”
            Setelah selesai makan malam, Yuya dan Hana memilih untuk mengerjakan tugas mereka di kamar Yuya dan mereka membiarkan Yuta mengobrol dengan Rin di ruang tamu.
            Yuya dan Hana hanya membutuhkan waktu tak lebih dari setengah jam untuk menyesaikan tugas mereka. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam.
            “Yuya, kenapa kakakmu bisa pulang dengan Yamasaki san?”, tanya Hana.
            “Entahlah. Aku saja kaget saat melihat Nii chan membawa Yamasaki san”, Yuya menjawab.
            “Sudah ah, aku mau pulang saja. Sudah malam dan lagi, Fujiwara senpai berjanji meneleponku malam ini”, wajah Hana bersemu merah.
            “Iya deh, ngerti yang lagi berbunga-bunga. Aku antar sampai pintu depan ya”, kata Yuya dan mereka pun keluar dari kamar Yuya dan sampai di ruang tamu, Yuya bertemu Yuta tapi tidak melihat Rin ada disana.
            “Aoki san, saya permisi pulang dulu”, Hana berpamitan.
            “Hati-hati di jalan”, kata Yuta.
            Yuya mengantar Hana sampai ke pintu depan, kemudian Yuya kembali ke ruang tamu dan duduk di sofa yang berseberangan dengan Yuta.
            “Nii chan, kenapa hari ini Nii chan pulang bersama Yamasaki san?”, tanya Yuya penasaran.
            “Maafkan Nii chan”, jawab Yuta.
            “Heh? Nii chan kenapa minta maaf? Memengnya Nii chan salah apa sama Yuya?”, Yuya bertanya lagi.
            “Nii chan….”, Yuta berbicara terputus-putus. “Nii chan, pacaran dengan Rin”.
            “Heh?”, Yuya kaget mendengarnya. “Sejak kapan? Kenapa Nii chan tidak cerita pada Yuya?”
            “Sejak sore ini. Maafkan Nii chan”.
            “Hahaha”, Yuya tertawa. “Untuk apa minta maaf karena hal itu, Nii chan? Yuya sangat senang akhirnya Nii chan punya pacar juga. Akhirnya Nii chan memikirkan diri Nii chan sendiri. Nii chan terlalu sibuk mengurus Yuya dan bekerja sampai tidak sempat memikirkan untuk pacaran”, kata Yuya.
            “Un”
            “Kenapa wajah Nii chan biasa saja? Harusnya Nii chan senang karena baru jadian dengan Yamasaki san. Ayolah Nii chan”, Yuya memaksa kakaknya tersenyum padanya dan Yuta menuruti permintaan adik kesayangannya.
            “Ah, Yuya lelah. Yuya tidur duluan ya Nii chan. Oyasumi”, kata Yuya dan dia pun meninggalkan Yuta sendirian di ruanng tamu.
            “Oyasumi”
            Yuta merasa sangat bersalah pada Yuya. Bersalah karena Yuta menyimpan rahasia besar tentang kehidupan Yuya. Bersalah karena dia pacaran dengan Rin. Dan bersalah karena Yuta menyayangi dan mencintai Yuya, bukan sebagai kakak, tapi sebagai seorang laki-laki pada perempuan. Perasaan yang tidak diinginkan Yuta.
**********
            Hari-hari selanjutnya berjalan seperti biasa walaupun ada yang sedikit berbeda, Yuta kini harus membagi waktu yang biasanya hanya untuk Yuya dengan Rin, pacarnya. Setiap sabtu malam Yuta pasti keluar ruamh dengan Rin. Untung selalu ada Michiko –yang tanpa dimintai tolong oleh Yutapun- menemani Yuya. Tapi sabtu malam ini Michiko sedang ada urusan jadi dia tidak bisa menemani Yuya dan Michiko pun meminta Tarou menemani Yuya.
            Hubungan Tarou dan Yuya semakin hari semakin membaik, Tarou sering menghabiskan waktunya Yuya sangat menikmati saat-saat bersama Tarou. Saat bersama Yuta, Yuya selalu merasa senang tapi rasa senang itu berbeda dengan rasa senang yang dirasakan Yuya saat bersama Tarou. Apa itu yang disebut cinta?
            Tiga puluh lima menit yang lalu Michiko menelepon Yuya agar Yuya siap-siap. Michiko mengatakan kalau dia ingin mengajak Yuya keluar malam itu. Yuya sudah selesai bersiap-siap dan sekarang dia sedang menonton televisi di ruang tamu. Hari ini sabtu malam, jadi Yuta sudah pergi duluan untuk berkencan dengan Rin. Saat Yuya sedang menonton iklan, ada suara pintu di ketuk dan Yuya segera membukakan pintu. Yuya kaget karena yang bertamu bukan Michiko, tapi Tarou.
            “Konbanwa”, Tarou menyapa Yuya.
            “Heh? Kenapa Tarou senpai? Nee chan mana?”, tanya Yuya.
            “Maaf Yuya, sebenarnya yang menyuruh Nee chan meneleponmu adalah aku. Tapi kalau aku yang langsung menelepon, pasti kamu tidak mau pergi denganku”, kata Tarou.
            “Oh”, jawab Yuya singkat.
            “Yuya sudah siap kan? Kita pergi sekarang yuk. Supaya tidak pulang kemalaman”, kata Tarou.
            Yuya pun setuju untuk pergi dengan Tarou. Sebenarnya Yuya sangat senang karena akhirnya dia bisa pergi dengan Tarou malam ini. Saat berada di dekat Tarou, jantung Yuya berdebar kencang. Entah sejak kapan dia merasakan itu.
            Tarou mengajak Yuya pergi ke pinggir sungai Asahi yang membelah kota Okayama. Cahaya lampu jalan terpantul di air sungai Asahi yang saat siang hari terlihat jernih. Hari ini banyak pemuda dan pemudi yang menghabiskan malamnya berjalan-jalan ke luar rumah.
            Selama beberapa saat Yuya dan Tarou hanya diam karena mereka merasa gugup berdekatan satu sama lainnya. Akhirnya Yuya memecahkan kekikukan diantara mereka.
            “Kenapa Tarou senpai mendadak mengajakku keluar malam ini?”, tanya Yuya.
            “Ah, tidak. Aku hanya ingin menemani Yuya saja karena kata Nee chan kamu sendirian di rumah”, Tarou membuat alasan.
            “Oh begitu. Terima kasih senpai”, kata Yuya sambil kembali memandangi pantulan sinar lampu di air sungai.
            “Kalau kamu butuh teman, aku akan selalu ada untukmu”, tambah Tarou lagi.
            Yuya mengangguk menyetujui pernyataan Tarou. Senyum Yuya terlihat sangat manis dan itu membuat Tarou semakin gugup.
            Tarou sebenarnya punya maksud teretntu mengajak Yuya keluar malam itu. Tarou ingin menyatakan perasaannya pada Yuya. Tapi dia bingung harus memulai dari mana. Perasaan gugup terlanjur menyerangnya. Kemudian Tarou menarik nafas panjang dan mulai berbicara.
            “Malam ini indah ya”, katanya basa-basi.
            “Un”
            “Bintangnya juga indah, tapi sinarnya tidak seterang sinar gadis yang ada di sebelahku”, kata Tarou yang mendapat kekuatan darimana untuk mengatakan kata-kata gombal pada Yuya seperti itu.
            “Heh’, Yuya kaget dengar kata-kata Tarou.
            “Yuya chan, aku suka Yuya? Apa Yuya chan punya perasaan yang sama denganku?”, akhirnya Tarou menyatakan perasaannya. “Tapi kalau Yuya tidak suka padaku, tidak apa-apa. Kita masih bisa jadi teman kan.”
            “Ano.... Senpai, saya kaget mendengarnya. Tapi saya, saya juga suka dengan senpai. Saya mengira hanya saya yanng merasakan hal ini, tapi ternyata senpai juga. Saya sangat senang”, jawab Yuya di luar dugaan Tarou.
            “ Kalau begitu, Yuya chan mau menjalin hubungan denganku?”, tanya Tarou penuh harap.
            Yuya hanya menjawab dengan sebuah anggukan yang sentak membuat Tarou merasa sangat bahagia seperti ada kembang api yang keluar dari kepalanya. Malam ini ada pasangan baru yanng mulai mencoba berbagi rasa cinta. Tapi apakah cinta mereka benar-benar cinta sejati dan sampai kapan akan bertahan, semuanya kuasa Tuhan.
***********
            Tarou dengan ragu-ragu memberanikan diri memegang tangan Yuya walaupun dia takut Yuya akan menolaknya. Tapi ternyata Yuya membalas uluran tangan Tarou dengan senang hati.
            “Yuya chan, kamu tahu kenapa jari kita ada sela-selanya?”, tanya Tarou dan Yuya hanya menggeleng.
            “Ada yang bilang, kalu jari-jari kita ada selanya karena untuk di isi oleh jari-jari seseorang saat kita bergandengan tangan”, kata Tarou.
            “Oh, aku baru tahu senpai”, jawab Yuya.
            “Jangan panggil aku senpai lagi. Sekarang kamu adalah pacarku”, pinta Tarou.
            “Ah, gomen ne, Tarou kun”, kata Yuya.
            Tarou pun mengantar Yuya pulang karena sudah jam sembilan malam. Di bawah langit musim gugur, Tarou menggandeng tangan Yuya hingga mereka sampai di depan rumah Yuya. Setelah mengucapkan salam perpisahan, Tarou pun pulang.
            Tarou tak henti-hentinya tersenyum sepanjang perjalanan. Dia tidak menyangka Yuya akan membalas cintanya. Tarou pun mengirim pesan pada sahabatnya Ken memberitahukan kabar menyenangkan ini.
            Sementara itu, Yuya membuka pintu rumahnya yang ternyata masih terkunci dan itu berarti Yuta belum pulang dari kencannya bersanma Rin. Setelah berkumur dan mencuci tangan dan kakinya, Yuya mengambil segelas air putih dan menonton televisi di ruang tamu. Saat Yuya sedang asyik menyaksikan acara musik, terdengar suara pintu di ketuk. Yuya membukakan pintu dan ternyata itu adalah Yuta yang di papah oleh Rin. Ternyata Yuta kebanyakan minun sake sehingga membuatnya mabuk malam itu.
            “Yuya chan, maafkan Nii chan.”, kata Yuta dari alam bawah sadarnya.
            “Yuya, tolong bantu aku”, kata Rin dan akhirnya Yuya membantu Rin memapah Yuta ke ruang tamu dan menidurkannya di sofa.
            “Maaf Yamasaki san, Nii chan kenapa?”, tanya Yuya.
            “Dia kebanyakan minun sake. Aku sudah melarangya tdi tapi dia tetap bersikeras. Dan dari tadi dia terus mengigau meminta maaf padamu Yuya”, jelas Rin.
            “Heh? Untuk apa Nii chan minta maaf padaku?”, tanya Yuya dalam hatinya.
            “Yuya chan, maafkan aku. Orang tuaku sudah meneleponku. Mereka menyuruhku pulang’, kata Rin.
            “Iya Yamasaki san. Terima kasih sudah mengantar Nii chan pulang. Sepertinya Yamasaki san memang pacar yang baik untuk Nii chan”, Yuya memuji Rin.
            “Ah kamu bisa saja. Ja, sampai jumpa. Tidak usah mengantarku keluar”, kata Rin berpamitan.
            ”Hati-hati di jalan”, kata Yuya dan kemudian Rin pun pulang.
            Yuta terus mengigau dan meminta maaf pada Yuya sehingga membuat Yuya semakin bingung sekaligus penasaran. Ada apa sebenarnya? Yuya mengambil selimut dan menyelimuti Yuta yang terbaring di atas sofa.
            “Yuya chan, maafkan Nii chan”, Yuta mengigau lagi.
            “Nii chan salah apa pada Yuya?”, Yuya iseng bertanya.
            “Karena Nii chan mencintai Yuya bukan sebagai adik tapi sebagai seorang wanita”, kata Yuta yang langsung membuat Yuya kaget.
            “Apa maksud Nii chan? Kita adalah saudara”, kata Yuya lagi.
            “Kita bukan saudara”, kata Yuta yang membuat Yuya semakin kaget.
            “Ah Nii chan sedang mabuk jadi sembarangan bicara”, kata Yuya meyakinkan dirinya Yuta benar-benar mabuk dang mengatakan kebohongan.
            Akhirnya Yuya memutuskan untuk membiarkan Yuta istirahat di ruang tamu dan menunggu sampai besok untuk mengetahui kebenaran kata-kata Yuta.
            Yuya membaringkan dirinya di kasur dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Tapi dia masih memikirkan ucapan Yuta yang sedang mabuk itu sampai akhirnya matanya benar-benar berat dan membuat Yuya tertidur.
            “Yuya chan”, terdengar suara lembut seorang wanita memanggilnya dan Yuya menoleh ke arah suara itu. Seorang wanita cantik berambut panjang dan bermata coklat dan senyum yang menawan seperti Yuya berdiri memandang ke arah Yuya.
            “Ibu”, teriak Yuya dan langsung lari ke dalam pelukan wanita itu yang adalah ibunya.
            Ibunya terlihat sangat cantik, seperti tanpa beban. Berbeda dengan Ibunya yang dia lihat sembilan tahun yanng lalu. Disebelahnya ibunya berdiri Ayahnya yang tersenyum ke arahnya. Mereka semua memakai pakaian berwarna putih, begitupun dengan Yuya.
            “Sepertinya Yuta merawatmu dengan baik”, kata ayahnya.
            “Un. Nii chan sangat sayang pada Yuya walaupun kadang berlabihan”, jawab Yuya.
            “Kami sangat merindukan Yuya. Kami ingin bersama-sama lagi dengan Yuya. Apa Yuya mau bersama kami lagi?”, tanya Ibunya.
            “Tentu Yuya mau. Yuya ingin berkumpul dengan Ayah, Ibu dan Nii chan”, jawab Yuya senang.
            “Yuta tidak akan ikut bersama kita. Yuta masih punya urusan. Jadi hanya kita saja”, kata Ibunya lagi.
            “Ah tidak seru kalau tidak dengan Nii chan”, kata Yuya. “Tapi tidak apalah. Nii chan juga sekarang sudah punya Yamasaki san, jadi Nii chan tidak akan kesepian kalau tidak ada Yuya”,.
            Ayah dan ibunya tersenyum pada Yuya.
            “Kami akan kembali untuk menjemput Yuya chan”, kata ayahnya dan kemudian orang tuanya menghilang.
            Yuya kaget dan terbangun dari tidurnya. Ternyata dia bermimpi. Dia benar-benar merasa kalau dia habis bertemu dengan orang tuanya. Nafas Yuya tidak beraturan. Lalu dia melihat jam dinding di kamarnya dan ternyata sudah pukul lima pagi. Yuya memilih untuk tidak melanjutkan tidurnya lagi.
            Yuya turun dari kamarnya di lantai dua. Dia melihat kakaknya masih tertidur di sofa. Kemudian Yuya menuju dapur dan memasakkan sup untuk kakaknya. Yuya hampir lupa memasukkan garam karena dia masih memikirkan kata-kata kakaknya semalam dan mimpi tentang orang tuanya.
            Yuya tak menyadari ternyata Yuta sudah terbangun dari tidurnya.
            “Ah, kenapa kepalaku pusing?”, kata Yuta pada dirinya sendiri.
            “Ohayou. Semalam Nii chan mabuk. Dan Yamasaki san mengantar Nii chan pulang.”, Yuya menjelaskan.
            “Maafkan Nii chan”, kata Yuta.
            “Ayo kita makan dulu. Yuya sudah masakkan sup untuk Nii chan”, ajak Yuya dan mereka pun sarapan pagi di meja makan.
            Setelah selesai makan, Yuya membereskan semuanya dan mencuci piring, sementara Yuta kembali ke ruang tamu dan dia meyalakan televisi yang sedang menyiarkan berita pagi di hari minggu yang cerah ini.
            Yuya sudah menyelesaikan semuanya, kemudian dia ke ruang tamu dan duduk di sofa yang berhadapan dengan Yuta. Dia ingin menceritakan mimpinya dan menenyakan tentang apa yang Yuta katakan saat dia mabuk semalam.
            “Yuya mimpi bertemu ayah dan ibu. Mereka ingin mengajak Yuya pergi. Katanya mereka akan menjemput Yuya lagi”.
            “Apa?”, Yuta kaget. “Yuya bilang apa? Yuya bilang masih ingin bersama Nii chan kan?”, kata Yuta.
            “Iya Nii chan”, Yuya berbohong.
            “Syukurlah”, kata Yuta lega.
            “Ada hal lain yang ingin Yuya tanyakan juga”, kata Yuya lagi.
            “Ada apa? Kenapa pagi ini Yuya terlihat serius?”, tanya Yuta.
            “Semalam saat mabuk. Nii chan mengatakan Nii chan mencintai Yuya sebagai seorang wanita. Dan yang lebih mengejutkan Nii chan bilang kita bukan saudara. Apa maksud semua ini? Katakan kalau Nii chan mabuk jadi Nii chan mengatakan kebohongan”, tanya Yuya.
            Yuta keget mendengar pertanyaan Yuya. Kenapa dia mengatakan hal seprti itu saat mabuk? Apa ini sudah saatnya dia menceritakan pada Yuya? Dia tidak mungkin menyimpan rahasia ini selamanya. Akhirnya Yuta memutuskan untuk menceritakan semuanya.
            “Yuya memang bukan adik kandung Nii chan”, kata Yuta dan itu membuat Yuya shocked.
            “Kita tidak ada hubungan darah sama sekali. Ibuku meninggal saat aku berumur enam tahun karena sebuah kecelakaan mobil bersama ayahku. Ayahku selamat tapi tidak dengan ibuku. Itu kehilangan pertama kali yang aku alami. Saat aku berumur tujuh tahun, ayah menikahi ibu Yuya yanng saat itu sedang hamil Yuya. Ibu Yuya mengalami pemerkosaan pada saat itu. Untuk menutupi aib keluarga, akhirnya kakek dan nenek Yuya menikahkan ibumu dengan ayahku dan lahirlah Yuya. Walaupun aku bukan anak kandungnya, ibu sangat menyayangiku. Dia memberikan kasih sayang yang sama padaku dan Yuya. Dan aku pun menganggap Yuya seperti adik kandungku sendiri”, Yuta menceritakan yang sebenarnya.
            “Jadi Yuya anak haram?”, tanya Yuya.
            “Tidak Yuya, kamu anak ayah dan ibu”, kata Yuta.
            Yuya tak kuasa membendung air matanya. Kenyataan seperti apa ini? Dia tidak pernah membayangkan semua akan seperti ini. Kenapa kakaknya menyimpan rahasia ini begitu lama.
            “Maafkan Nii chan merahasiakan semua dari Yuya. Nii chan tidak ingin kehilangan Yuya. Nii chan takut kalau Yuya tahu semua, Yuya akan meninggalkan Nii chan. Dan bodohnya lagi, Nii chan jatuh cinta pada Yuya. Entah sejak kapan perasaan seperti itu ada. Nii chan ingin menghapusnya tapi tidak pernah bisa. Karena itu, Nii chan pacaran dengan Rin. Nii chan berharap Nii chan bisa memberikan perasaan cinta Nii chan padanya”, kata Yuta lagi.
            “Maafkan Nii chan”, kata Yuta yang kemudian memeluk Yuya. Tangisan Yuya semakin keras. Tangisan Yuya yang seperti ini terakhir kali dilihat Yuta saat pemakaman ibunya.
            “Sampai kapanpun, Nii chan akan tetap jadi kakak Yuya walaupun kita tidak ada hubungan darah sama sekali”, kata Yuya tersenyum setelah tangisnya berhenti.
            “Un. Yuya akan selalu jadi adik Nii chan yang manis”, kata Yuta.
            “Hah, hari ini cerah jadi sayang kalau hanya diam di rumah. Nii chan Yuya mau jalan-jalan keluar ya”, Yuya meminta izin.
            “Mau keluar dengan siapa?”, tanya Yuta.
            “Tarou kun. Kemarin malam kami baru jadian”, jawab Yuya.
            “Heh? Tarou kun? Semoga dia bisa menjaga Yuya kalau Nii chan tidak ada”, kata Yuta.
            Yuya kembali ke dalam kamarnya. Dia berusaha menerima semua kenyataan ini. Dia mengirim pesan singkat pada Tarou agar menemaninya keluar hari ini dan Tarou menyetujuinya. Mereka berjanji bertemu di Korakuen, salah satu taman terindah yang ada di Jepang. Yuya ingin sedikit menenagkan hati dan pikirannya setelah mengetahui semua kenyataan ini.
            Sekitar setangah jam kemudian, Yuya turun dari kamarnya. Dan dia berpamitan pada kakaknya.
            “Nii chan, Yuya pergi dulu. Nii chan, hontou ni arigatou”, kata Yuya.
            “Iya. Yuya hati-hati ya. Salam untuk Tarou”, kata Yuta. Dan entah kenapa perasaannya mengatakan Yuya tidak akan kembali padanya lagi. Tapi Yuta berusaha membuang perasaan itu jauh-jauh.
            Yuya berjalan kaki menuju halte bis yang tak jauh dari rumahnya. Dia naik bis yang menuju ke Korakuen. Dalam perjalanan, Yuya hanya melamun. tak perlu waktu lama untuk sampai ke Korakuen. Akhirnya bus menghentikan lajunya. Saat Yuya turun dari bus, Yuya melihat Tarou sudah menunggunya di seberang jalan. Tarou melambaikan tangannya pada Yuya dan di balas dengan senyuman manis khas Yuya sambil melambaikan tangan juga. Yuya sudah tidak sabar ingin jalan-jalan di Korakuen bersama Tarou namun, saat Yuya menyebrang, tiba-tiba ada sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melaju kearah Yuya dan akhirnya Yuya pun di tabrak.
            Tarou kaget melihat kekasihnya ditabrak, dan dia segera berlari ke arah Yuya.
            “Yuya......”, teriak Tarou dan air matanya tak dapat di bendung.
            Tarou segera membawa Yuya kerumah sakit dan Yuya segera mendapat penanganan dari dokter. Tarou segera memberitahu Michiko dan Yuta tentang kecelakaan ini. Dua puluh lima menit kemudian Michiko sampai di rumah sakit dan tak lama kemudian Yuta datang. Hana dan Ken pun datang ingin mengetahui keadaan Yuya.
            Sudah satu jam Yuya mendapat penanganan dokter. Yuta menceritakan pada Michiko dan Tarou tentang mimpi Yuya kalau dia di jemput ayah dan ibunya. Dan Yuta merasa ini sebuah pertanda bahwa Yuya tak lama lagi akan meninggalkannya. Yuta mungkin bisa sedikit tabah, tapi tidak dengan Tarou. Baru satu hari Yuya menjadi kekasihnya dan sekarang Yuya terbaring di ruang unit gawat darurat, bertarung antara hidup dan mati.
            Akhirnya dokter pun keluar dari ruang UGD dan membawa kabar tentang keadaan Yuya.
            “Sensei, bagaimana keadaan adik saya?”, tanya Yuta.
            “Maafkan kami. Kami sudah berusaha semampunya tapi kami tidak berhasil menyelamatkan adik anda”, kata dokter yang menangani Yuya yang sentak membuat mereka terpukul. Dan yang paling terpukul adalah Tarou.
            Tarou sekarang terduduk di kursi ruang tunggu di depan UGD. Dia sudah tak lagi menagis, tapi kini dia lebih parah dari mayat. Raganya masih bernyawa tapi jiwanya seakan sudah tidak ada dalam tubuhnya.
            Yuta, Michiko, dan Hana juga tidak mampu manahan air matanya. Yuya yang mereaka sayangi pergi meninggalkan mereka untuk selamanya.
            Yuta memutuskan untuk memakamkan Yuya di Aomori, di tempat yang sama dengan orang tuanya. Untuk kesekian kalinya, Yuta harus mengucapkan salam perpisahan pada orang yang dia cintai. Di musim gugur, musim yang paling di sukai Yuya, dia pergi meningalkan orang-orang yang mencintainya untuk selamanya.
            “Ayah, ibu, sekarang kalian bisa berkumpul lagi dengan Yuya. Suatu saat nanti aku jjuga akan menyusul kalian”, kata Yuta di depan pusara Yuya.
            Pemakaman sudah berakhir. Yuta, Rin, Michiko, Hana, Ken, dan keluarga mereka yang lain meninggalkan pemakaman. Tapi tidak dengan Tarou. Dia masih belu merelakan Yuya pergi secepat itu dari sisinya. Yuta dan Michiko memutuskan untuk membiarkan Tarou berada disana lebih lama lagi.
            Saat menatap kearah pusara tempat peristirahatan Yuya yang terakhir, Tarou mengingat sesuatu. Mengingat seorang gadis kecil yang nyaris ditabrak oleh sopirnya beberapa tahun yang lalu di depan pemakaman ini. Ternyata Tarou baru menyadari gadis itu adalah Yuya.
            “Kita bertemu ditempat ini pertama kali dan ternyata kita harus berpisah di tempat ini juga”, kata Tarou.
**********
            Seminggu setelah kematian Yuya, Yuta kembali ke Okayama. Dia ingin mengenang saat-saat bersama Yuya. Yuta masuk ke kamar adiknya, dan dia menemukan buku harian Yuya. Yuta mulai membacanya. Dan sampai pada halaman terakhir yang berisi tulisan tangan Yuya. Itu di tulis tepat di hari kematian Yuya.
25 Oktober
Semalam aku bermimpi ayah dan ibu menjemputku. Apakah ini sebuah pertanda? Tapi aku ingin sekali bersama ayah dan ibu.
Hari ini juga aku mengetahui sebuah kenyataan yang sudah disembunyikan Nii chan selama enam belas tahun terakhir. Aku bukanlah adik kandungnya. Aku kaget mendengar semua ini. Tapi apapun yang terjadi, Nii chan akan selalu jadi kakakku yang paling aku sayangi.
Nii chan, arigatou......
Yuya merasa ini sudah saatnya pergi bersama ayah dan ibu. Nii chan jaga diri ya. Dan cobalah mencintai Yamasaki san yang sangat mencintai Nii chan.
Tarou kun, maaf kita tidak bisa bersama dalam waktu lama. Tapi terima kasih untuk saat-saat indah yang sudah Tarou kun berikan. Gomen ne......

            Yuta kembali menagis setelah membaca buku harian Yuya. Selamat tinggal Yuya.......

Yoshi's note:

Akhirnya selesai juga. Yoshi memutuskan untuk memperpendek cerita ini. thanks buat yang sudah meluangkan waktu membaca semuanya.... mohon maaf jika ada kesalahan.
Sampai jumpa di cerita berikutnya.....

Jumat, 03 Juni 2011

Klarifikasi....

Yoshi sudah katakan di awal cerita yang di post di blog ini hanyalah fiktif, walaupun ide dan inspirasinya adalah dunia nyata. Tapi semua telah melalui proses sehingga menjadi fikit sepenuhnya. Jadi, untuk yang merasa tidak berkenan dengan kehadiran apapun di blog ini, Yoshi mohon maaf....


Ja, sampai jumpa di cerita berikutnya. di waktu yang berbeda tapi di tempat yang sama....
untuk saat ini Yoshi sedang kehilangan semangat menulisnya karena suatu dan lain hal. Tapi semoga saja bisa kembali lagi....
Untuk semua yang telah berkunjung, terima kasih.....

*ngomong apaan sih? gak jelas gini...*

Minggu, 29 Mei 2011

NII CHAN, ARIGATOU chapter 5

Yuya akan memaafkan Tarou dengan satu syarat, Tarou harus membuat bento untuk Yuya.
Tapi Tarou sama sekali tidak pernah memasak. Akhirnya dia minta tolong pada Ken untuk mengiriminya resep bento yang sederhana.

Jam dinding dikamar Tarou sudah menunjukkan pukul empat pagi dan Tarou masih tertidur di depan komputernya sejak semalam. Tiba-tiba ponsel Tarou berdering. Di layar ponsel flip nya yang berwarna hitam itu tertulis nama Ken yang meneleponnya. Tarou segera tersadar dari tidurnya walaupun jiwanya belum sepenuhnya kembali ke tubuhnya. Sambil menguap Tarou mencari ponselnya yang semalam di letakkan di meja di sebelah tempat tidurnya.
            “Moshi moshi”, Tarou menjawab telepon.
            “Ohayou Tarou. Email yang ku kirim sudah sampai kan?” Ken memastikan.
            “Iya sudah ku terima. Arigatou. Besok pagi akan ku coba membuatnya”, jawab Tarou.
            “Besok pagi? Sekarang sudah pagi”, kata Ken.
            “Hah?”, Tarou kaget dan segera melihat jam dinding di kamarnya dan ternyata sudah pukul empat lewat sepuluh menit.
            “Astaga, aku kesiangan. Ken, arigatou. Sampai jumpa nanti di sekolah”, Tarou menutup telepon dan sukses membuat Ken yang meneleponnya bingung.
            Tarou segera menghidupkan komputernya dan langsung mengeprint resep bento yang di email Ken semalam. Dengan rambut yang acak-acakan dan tanpa mencuci muka Tarou segera menuju dapur untuk menepati janjinya pada Yuya, membuat bento. Tarou berencana memasak nasi, satu jenis lauk dan satu jenis sayuran.
            Saat sampai di dapur, dapur rumah itu tidak kosong. Seperti biasa setiap pagi sudah ada pengurus rumah tangga keluarga Hoshimura yang memasak sarapan untuk keluarga itu. Dan pengurus rumah tangga itu kaget melihat Tarou yang masuk ke dapur sepagi itu.
            “Selamat pagi tuan muda”, katanya pada Tarou.
            “Ah, selamat pagi. Aku ingin memasak bento untuk ku bawa ke sekolah hari ini”, kata Tarou yang membuat pengurus rumah tangga itu kaget karena selama ini Tarou tidak pernah memasak.
            “Kalau tuan muda mau dibuatkan bento, akan saya buatkan. Tuan muda tidak usah repot memasak sendiri”, kata pengurus rumah tangga itu.
            “Sudah biarkan saja dia mengacaukan dapurmu untuk hari ini”, kata Michiko yang muncul secara tiba-tiba di dapur. “Dia ingin memasak bento untuk gadis yang di sukainya”, kata Michiko lagi sambil tersenyum.
            “Nee chan, kenapa bilang begitu?”, Tarou ingin membantah pernyataan kakaknya.
            “Benar yang Nee chan bilang kan? Kamu kan suka pada Yuya. Ayo mengaku”, Michiko menggoda adiknya.
            “Urusai. Sudahlah Nee chan jangan ganggu aku. Aku sudah kesiangan”, kata Tarou dan dia memulai mengambil bahan-bahan makanan sesuai dengan resep yang diberikan Ken padanya.
            Tarou memecahkan 2 butir telur ke dalam mangkok. Tapi karena dia tidak pernah memasak sebelumnya, kulit telurnya ikut tercampur. Pengurus rumah tangga keluarga Hoshimura menahan tawanya melihat cara Tarou memasak. Kemudian Tarou memotong buncisnya kecil-kecil untuk di tumis. Tapi Tarou tidak mahir menggunakan pisau untuk memasak sehingga akhirnya dia tak sengaja mengiris tangannya. Pengurus rumah tangga yang melihat kejadian itu segera mengambil perlengkapan P3K dan segera mengobati tangan Tarou dan membalut lukanya dengan plester untuk luka.
            “Sudahlah tuan muda, biar saya saja yang memasak. Tuan tunggu saja”, saran pengurus rumah tangga itu.
            “Aku ingin memasaknya sendiri. Terima kasih”, kata Tarou.
            Tarou melanjutkan memasaknya walaupun hasilnya sepertinya tidak meyakinkan. Tarou tidak memasak nasi karena pengurus rumah tangga mereka sudah memasaknya sebelumnya. Tarou memasukkan dan menata masakannya di dalam kotak bento. Walaupun penampilan masakan buatan Tarou  tidak meyakinkan, tapi setidaknya dia memasakknya dengan perasaan tulus untuk minta maaf pada Yuya.
            Setelah menyelesaikan bento buatannya, Tarou segera berangkat ke sekolah dengan perasaan cemas.  Untuk meredam rasa cemasnya, Tarou memasang headset di telinganya dan memutar beberapa lagu dari music player di handphonenya. Dia memilih beberapa lagu dan memasukkannya ke playlist yang akan dia dengarkan. Tarou memilih lagu yang bisa membuat perasaanya menjadi lebih tenang. Lagu pertama yang dia dengarkan berjudul Treasure yang merupakan lagu band Korea, FT Island. Meskipun lagu itu dinyanyikan orang Korea tapi lagunya berbahasa Jepang.
            Setelah lagu milik FT Island selanjutnya bersenandung suara merdu YUI yang mulai menyanyikan GLORIA. Berikutnya menyusul Summer Song, yang walaupun ini bukan musim panas lagi tapi entah kenapa setiap mendengar lagu ini Tarou seperti mendapat semangat baru.
            Tak terasa Tarou sudah sampai di depan gerbang sekolahnya. Ternyata perasaan Tarou semakin cemas, apakah Yuya akan memaafkannya atau tidak hari ini. Tarou melangkahkan kakinya masuk ke lingkungan sekolahnya. Melintasi halaman sekolah. Tapi dia tidak menuju kelasnya, kakinya membawanya melangkah ke atap sekolah, tempat dia berjanji bertemu denngan Yuya siang ini. Udara segar musim semi menerpa wajah Tarou. Dia meletakkan tasnya dan bentonya dibawah kemudian dia berbaring menatap langit pagi musim semi sambil mendengarkan lagu kesukaannya yang terus mengalun dari music player dihandphonenya. Terpaan angin yang sepoi-sepoi membuat Tarou tertidur dan akhirnya bolos pelajaran pagi itu.
            Matahari siang itu masih terasa kehangatannya walaupun tak sepanas matahari musim panas. Bel tanda istirahat siang di SMA Midori sudah berbunyi. Yuya segera merapikan bukunya pelajaran Bahasa Inggrisnya dan bermaksud segera keluar kelas.
            “Yuya, kita makan siang di halaman belakang yuk. Aku bawa bento banyak hari ini, jadi cukup untuk dua orang”, kata Hana.
            “Ah, maaf Hana aku sudah ada janji hari ini. Aku duluan ya”, kata Yuya dan segera meninggalkan kelas dengan sedikit terburu-buru.
            Akhirnya Hana menuju halaman belakang sekolah sendirian untuk makan siang. Sementara Yuya menaiki tangga menuju atap sekolah dengan terburu-buru sambil membayangkan apa yang Tarou masakkan untuknya. Sesampainya di beberapa anak tangga terakhir Yuya memelankan langkahnya dan setelah sampai di tempat tujuannya Yuya melihat Tarou berbaring dibawah. Tarou masih tertidur. Yuya melihat kotak bento di sebelah Tarou.
            “Hari ini cerah ya”, kata Yuya dan kata-katanya berhasil membangunkan Tarou dari tidurnya.
            Yuya menahan tawanya melihat Tarou yang baru terbangun dari tidurnya. Wajah Tarou terlihat polos dan manis.
            “Ah, Aoki san sudah datang. Maaf aku tertidur”, kata Tarou yang wajahnya sedikit memerah karena malu pada Yuya.
            “Ini bento yang ku janjikan pada Aoki san. Silahkan dicoba”, Tarou memberikan bentonya pada Yuya dan kemudian Yuya duduk di sebelah Tarou.
            “Terima kasih Hoshimura senpai. Itadakimasu”, kata Yuya.
            Wajah Tarou terlihat cemas menunggu reaksi Yuya setelah mencicipi bento buatannya. Setelah memakan sesuap masakan buatan Tarou, Yuya tersedak.
            “Uhuk…Uhuk…..”
            “Aoki san tidak apa-apa?”, tanya Tarou sambil memberikan air mineral pada Yuya.
            “Coba senpai cicipi bento buatan senpai”, kata Yuya setelah meminum air yang diberikan Tarou padanya.
            Tarou mencicipi bento buatannya. Dan Tarou pun tersedak seperti Yuya.
            “Rasa macam apa ini?”, Tarou bertanya pada dirinya sendiri.
            “Itu rasa bento buatan senpai. Terlalu banyak garam”, kata Yuya tersenyum.
            “Maaf ya Aoki san”, kata Tarou menunduk dan dia mulai berpikir Yuya tidak akan memaafkannya.
            “Tidak apa-apa senpai. Sekarang senpai saya maafkan”, kata Yuya.
            Tarou kaget mendengar kata-kata Yuya. Yuya memaafkannya. Tarou merasa senang sekaligus heran. Padahal bento yang dia buatkan untuk Yuya rasanya tidak karuan seperti itu kenapa Yuya malah memaafkannya.
            “Aoki san, kenapa kamu memaafkanku? Padahal bento yang ku buatkan tidak enak.”, tanya Tarou pada Yuya.
            “Jadi senpai tidak mau saya maafkan?”, Yuya balik bertanya.
            “Tidak. Bukan begitu maksudku”, jawab Tarou.
            “Karena rasa bento senpai yang tidak karuan itulah saya memaafkan senpai”, kata Yuya yang sukses membuat Tarou semakin bingung.
            “Itu pasti benar-benar masakan senpai makanya rasanya tidak enak”, kata Yuya dan dia mulai tertawa kecil.
            “Jadi kamu menyindirku? Tapi aku tidak peduli karena sekarang aku sudah dapat maaf darimu”, kata Tarou senang.
            “Ternyata senpai benar-benar tulus ingin minta maaf”, tambah Yuya lagi sambil tersenyum manis.
            Yuya kemudian berdiri dan melihat ke bawah, ke arah halaman belakang sekolah mereka. Yuya melihat seorang gadis yang sedang duduk sendiri di bangku taman menghabiskan bekal makan siangnya. Yuya tidak bisa melihat dengan jelas gadis itu, yang ternyata adalah sahabatnya, Hana yang terpaksa makan siang sendiri karena Yuya ada janji dengan Tarou.
            “Aoki san, karena bento buatanku kacau balau, bagaimana kalau aku traktir makan siang di kantin sekolah”, Tarou mengajukan tawaran.
            “Kalau senpai memaksa, baiklah”, kata Yuya. “Oh ya senpai, panggil Yuya saja karena sekarang kita kan sudah jadi teman”, kata Yuya lagi.
            “Baiklah Yuya san. Kalau begitu panggil aku Tarou saja”, kata Tarou dan mereka berdua meninggalkan atap sekolah menuju kantin sekolah SMA Midori.
            Sementara itu Hana sedang makan siang sendirian di halaman belakang sekolahnya. Dia duduk di sebuah kursi taman panjang yang ada di halaman belakang sekolahnya itu.
            “Huft, Yuya itu. Padahal sudah ku bawakan banyak makanan hari ini. Coba saja aku bawa makanan sedikit pasti dia minta tambah”, Hana mengeluh sendiri.
            “Sekarang bagaimana aku menghabiskannya?”, kata Hana lagi.
            “Mau ku bantu menghabiskan?”, kata suara anak laki-laki tiba-tiba.
            Hana kaget mendengar suara itu. Seorang anak laki-laki bertubuh tinggi namun tidak terlalu kurus sudah berdiri di sebelahnya. Anak laki-laki berambut hitam dan sedikit panjang sehingga menutupi lehernya, berwajah manis dengan lesung pipi dan mata sipit dengan bola mata berwarna hitam senada dengan warna rambutnya. Dia adalah kakak kelas Hana sekaligus sahabat Hoshimura Tarou yaitu Fujiwara Ken.
            “Anda Fujiwara senpai kan?”, tanya Hana gugup.
            “Ternyata aku cukup terkenal ya di sekolah ini”, kata Ken sambil tersenyum. “Panggil Ken saja”, tambah Ken yang hanya ditanggapi anggukan oleh Hana. “Kenapa gadis manis sepertimu makan siang sendirian disini?”, kata Ken lagi.
            Ken berhasil membuat Hana tersipu malu karena Ken mengatakan dia manis.
            “Teman saya Yuya katanya ada janji, jadi saya terpaksa makan siang sendirian”, jawab Hana.
            “Oh begitu. Kamu perlu bantuan menghabiskannya? Kebetulan aku lapar”, kata Ken.
            “Kalau senpai mau silahkan. Saya merasa senang kalau senpai mau mencicipi masakan saya”, kata Hana menyodorkan kotak bentonya pada Ken.
            “Itadakimasu”, kata Ken dan mulai mencicipi masakan Hana.
            “Masakanmu enak”, puji Ken.
            Hana merasa senang dan dalam hatinya merasa berterima kasih pada Yuya karena dia tidak bisa makan siang dengan Hana. Berkat Yuya ada janji dengan orang lain Hana bisa makan siang dengan orang yang dia kagumi selama beberapa bulan terakhir ini, Fujiwara Ken.
            Bel tanda jam istirahat siang berakhir pun berbunyi. Yuya sudah berada di kelas sebelum Hana. Saat Hana masuk kelas wajahnya berseri-seri dan membuat Yuya heran karena tadi saat Yuya meninggalkan Hana karena ada janji dengan Tarou wajahnya terlihat sedikit kesal. Hana menghampiri Yuya sambil tersenyum-senyum.
            “Yuya chan, terima kasih karena kamu tidak makan siang denganku tadi. Aku senang sekali”, kata Hana dan membuat Yuya semakin heran dan membuat Yuya berpikir ada hantu yang masuk ke tubuh Hana.
            “Hana, kamu tidak apa-apa?”, tanya Yuya curiga.
            “Aku baik-baik saja. Sangat baik malah.”, kata Hana. “Yuya, kamu tahu, tadi aku makan siang dengan siapa?”, tanya Hana, Yuya hanya menggeleng.
            “Fujiwara senpai”, jawab Hana tersenyum.
            “Hah? Bagaimana bisa”, Yuya kaget mendengar perkataan Hana.
            “Bisa dong. Nanti saja ku ceritakan. Yang jelas aku berterima kasih karena kamu tidak jadi makan siang denganku tadi”, kata Hana.
            Yuya masih bingung dan penasaran dengan apa yang terjadi dengan sahabatnya Hana. Tapi belum sempat Yuya bertanya lebih jauh, Tanaka sensei, guru matematika mereka sudah ada di depan kelas.
            Selama jam pelajaran Yuya sesekali memperhatikan ke arah Hana dan ternyata Hana masih tersenyum sendiri, sepertinya asyik dengan dunianya sendiri. Yuya memilih untuk memperhatikan pelajaran daripada memperhatikan Hana yang sedang senang.
            Jam sekolah hari ini sudah berakhir. Yuya merapikan bukunya dan bersiap untuk pulang. Dia bermaksud untuk pulang bersama Hana, tapi ternyata Hana sudah membuat janji untuk pulang sekolah bersama Ken.
            “Yuya, aku duluan ya. Aku janji mau pulang bersama Fujiwara senpai. Nanti malam saat aku kerumahmu akan kuceritakan semuanya. Ja mata ne”, Hana pergi meninggalkan Yuya yang sedang memasukkan bukunya ke dalam tasnya.
            “Oh iya, aku lupa kalau Hana mau ke rumahku untuk mengerjakan tugas malam ini”, kata Yuya pada dirinya sendiri.
            Yuya melewati halaman sekolahnya dan terlihat beberapa helai daun berwarna kecoklatan jatuh di tanah. Sampai di gerbang sekolah ternyata Tarou sudah menunggunya disana. Tarou ingin mengajak Yuya pulang bersamanya.
            “Yuya san”, panggil Tarou.
            “Tarou senpai sedang apa disini?”, tanya Yuya.
            “Aku akan mengantarmu pulang hari ini. Kemarin aku berjanji pada Nee chan untuk mengantarmu pulang, tapi aku tidak melakukannya. Jadi akan ku tebus hari ini”, kata Tarou.
            “Tidak usah senpai. Aku bisa pulang sendiri”, Yuya menolak tawaran Tarou.
            “Kali ini jangan menolakku”, Tarou memaksa.
            “Apa boleh buat”, kata Yuya akhirnya setuju.
            Tarou dan Yuya akhirnya pulang bersama. Jalanan yang mereka lewati dipenuhi daun-daunan berwarna merah kecoklatan ciri khas musim gugur. Sangat indah. Tarou ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi bersama Yuya tapi Tarou harus menahan keinginannya itu karena mereka sudah sampai di depan rumah Yuya.
            “Tarou senpai terima kasih sudah mengantarku pulang”.
            “Iya, sama-sama. Sampai jumpa besok”, kata Tarou dan dia segera pulang.
            Yuya mengangguk kemudian dia melambaikan tangan dan menunggu hingga Tarou berbelok di tikungan jalan itu. Setelah Tarou menghilang dari pandangan, Yuya mengambil kunci rumah dari tasnya. Saat akan membuka pintu yang terkunci, ternyata pintu rumah mereka tidak terkunci.
            “Heh? Tidak terkunci. Apa Nii chan sudah pulang ya?”, kata Yuya.
            “Tadaima”, kata Yuya dan ternyata ada jawaban dari dalam rumah.
            “Okaeri”, terdengar suara Yuta.
            “Lho, Nii chan kok sudah pulang?”, tanya Yuya.
            “Hari ini Nii chan sedikit pusing jadi Nii chan izin pulang cepat”, kata Yuta.
            “Nii chan sakit? Nii chan sudah minum obat? Sebaiknya Nii chan istirahat di kamar saja”, saran Yuya.
            “Nii chan sudah mendingan kok. Asal Nii chan melihat Yuya pasti Nii chan cepat sembuh. Yuya chan diantar pulang Tarou kun ya?”, kata Yuta.
            “Lho, Nii chan kok tahu?”, tanya Yuya.
            “Tadi Nii chan melihatnya”, jawab Yuta.
            “Yuya mau ganti baju dulu lalu Yuya masakkan makanan untuk Nii chan”, kata Yuya dan dia segera ke kamarnya.
            Yuta sebenarnya merasa cemburu karena Tarou mengantar Yuya pulang. Entah kenapa Yuta ingin hanya dirinya satu-satunya laki-laki yang dekat dengan Yuya. Yuta memang terkesan egois, tapi itu karena rasa sayang dan cintanya pada Yuya.
            Yuya sedang memasak makanan untuk kakaknya di dapur dan Yuta memperhatikan Yuya yang sedang memasak dari ruang tamu. Jantung Yuta berdebar semakin kencang saat dia memandang Yuya. Dan itu membuat Yuta tak bisa mengontrol perasaannya lagi. Dia beranjak dari sofa di ruang tamu dan segera menuju ke dapur tempat Yuya sedang memasak. Tanpa pikir panjang lagi, Yuta segera memeluk Yuya dari belakang. Yuya pun dibuat kaget dan segera melepaskan pelukan Yuta.
            “Nii chan kenapa? Yuya sedang masak jangan ganggu dulu”, kata Yuya kesal pada Yuta.
            “Maafkan Nii chan. Nii chan hanya kangen pada Yuya”, jawab Yuta yang segera sadar dengan apa yang dia lakukan.
            “Yuya, Nii chan mau keluar sebentar. Itte kimasu”, kata Yuta dan dia segera keluar dari rumah.
            Yuya merasa heran dengan kakaknya akhir-akhir ini. Yuya merasa ada yang aneh dengan Yuta tapi dia tidak tahu apa itu. Yuya berpikir mungkin Yuta sedang ada masalah dengan pekerjaannya.
            Yuta tidak tahu kemana kakinya akan membawanya sore ini. Dia hanya ingin menjernihkan pikirannya setelah apa yang dia lakukan tadi pada Yuya.
            “Apa yang kulakukan tadi? Bagaimana kalau Yuya membenciku? Aku memang bodoh”, Yuta menyesali kebodohannya itu.
            “Kenapa aku tidak bisa menahan diriku? Perasaan macam apa ini? Aku tidak boleh punya perasaan ini pada Yuya.”, katanya lagi.
            “Tapi kata siapa aku tidak boleh punya perasaan ini pada Yuya?”, sepertinya jiwanya dari sisi yang lain berbicara.
            “Tapi kalau aku membiarkan perasaan ini, aku harus mengungkap rahasia yang aku simpan selama hampir enam belas tahun dan itu pasti akan menyakiti Yuya dan aku tidak ingin menyakiti Yuya”, jiwanya dari sisi yang berlawanan dengan sebelumnya yang sekarang berbicara.
            Ada pertetangan hebat dalam diri Yuta. Dia sangat bingung dengan apa yang harus dia lakukan. Yuta berpikir keras mencari solusi untuk permasalahannya itu. Disaat Yuta sedang bimbang, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ternyata yang meneleponnya sore itu, Yamasaki Rin. Akhir-akhir ini Yuta dan Rin memang sedang dekat. Rin sering mengajak Yuta keluar walaupun hanya sekedar minum kopi.
            “Moshi moshi. Yuta desu”, Yuta menjawab teleponnya.
            “Moshi moshi. Yuta san apa kabar?”, kata Rin.
            “Eh…. Aku baik-baik saja. Rin sendiri apa kabar?”, Yuta balik bertanya.
            “Baik kok. Yuta san sedang apa”, tanya Rin lagi yang bertanya seperti seorang pacar pada Yuta.
            “Sedang jalan-jalan. Ini sebentar lagi sampai di taman dekat rumah”, Yuta menjawab.
            “Yuta san sama siapa? Aku kesana ya. Aku ingin ketemu Yuta san”, Rin memaksa.
            “Iya”, jawab Yuta singkat.
            Rin menutup teleponnya dan dia bersiap-siap untuk bertemu dengan Yuta. Sementara itu, Yuta menemukan sebuah ide gila setelah Rin mengatakan dia ingin bertemu Yuta.
            “Sudah ku putuskan apa yang harus aku lakukan. Yuya maafkan Nii chan”, kata Yuta.
            Yuta duduk sendirian di bangku taman menunggu Rin datang menemuinya. Setelah Yuta menunggu selama 30 menit, akhirnya Rin datang.
            “Yuta san maaf menunggu lama”, kata Rin.
            “Oh, Rin sudah datang. Iya tidak apa-apa kok”, jawab Yuta.
            “Aku kangen sama Yuta san”, kata Rin tiba-tiba dan itu membuat Yuta kaget sekaligus membuat Yuta senang karena sepertinya rencana gila Yuta akan berjalan dengan lancar.
            Yuta tersenyum pada Rin dan kemudian Yuta menarik nafasnya dalam-dalam.
            “Rin, ada yang mau aku katakan. Hmmmm….. Akhir-akhir ini kita kan dekat dan sepertinya kita sudah cukup saling mengenal”, kata Yuta dan kemudian dia menarik nafasnya lagi.
            “Rin, kamu mau jadi pacarku?”
            Rin tidak menyangka kalau Yuta akan menyatakan cinta padanya secepat itu. Akhirnya harapan Rin terkabul karena saat dia mengatakan “Iya” Yuta akan menjadi pacarnya.
            “Iya, aku mau”, Rin menjawab.
           Akhirnya Yuta dan Rin resmi berpacaran. Rin sangat senang tapi Yuta sebenarnya hanya berpura-pura senang. Saat ini hatinya sedang menangis. Semua ini dia lakukan demi satu-satunya orang yang dia cintai saat ini, Yuya.
            “Sekarang Rin sudah jadi pacarku. Aku akan berusaha mencintainya. Yuya maafkan Nii chan”, kata Yuta dalam hati.
            Yuta yang saat ini hatinya sedang menangis tersadar saat Rin memanggilnya.
            “Yuta san, aku mau menjadi pacarnya Yuta san”, Rin mengulang perkataannya.
            “Terima kasih Rin”
            “Boleh aku panggil Yuta kun?”, tanya Rin.
            “Tentu saja boleh. Sekarang Rin chan sudah resmi jadi pacarku”, jawab Yuta.
            “Yuta kun, boleh aku memelukmu?”, Rin bertanya lagi.
            Yuta menjawabnya dengan anggukan dan kemudian Rin memeluknya. 


Yoshi's note:
Ohayou gozaimasu. update chap ini lumayan cepat ya dan sebenarnya Yoshi sedikit tidak rela saat menulis chap ini. tapi apa boleh buat tetap harus diselesaikan sebelum di lempar sandal sama pembaca *emang ada yang baca ya?*
mohon kritik dan sarannya. seperti biasa jika ada salah tulis maafkan Yoshi ya...
ja, mata ne....