Minggu, 29 Mei 2011

NII CHAN, ARIGATOU chapter 5

Yuya akan memaafkan Tarou dengan satu syarat, Tarou harus membuat bento untuk Yuya.
Tapi Tarou sama sekali tidak pernah memasak. Akhirnya dia minta tolong pada Ken untuk mengiriminya resep bento yang sederhana.

Jam dinding dikamar Tarou sudah menunjukkan pukul empat pagi dan Tarou masih tertidur di depan komputernya sejak semalam. Tiba-tiba ponsel Tarou berdering. Di layar ponsel flip nya yang berwarna hitam itu tertulis nama Ken yang meneleponnya. Tarou segera tersadar dari tidurnya walaupun jiwanya belum sepenuhnya kembali ke tubuhnya. Sambil menguap Tarou mencari ponselnya yang semalam di letakkan di meja di sebelah tempat tidurnya.
            “Moshi moshi”, Tarou menjawab telepon.
            “Ohayou Tarou. Email yang ku kirim sudah sampai kan?” Ken memastikan.
            “Iya sudah ku terima. Arigatou. Besok pagi akan ku coba membuatnya”, jawab Tarou.
            “Besok pagi? Sekarang sudah pagi”, kata Ken.
            “Hah?”, Tarou kaget dan segera melihat jam dinding di kamarnya dan ternyata sudah pukul empat lewat sepuluh menit.
            “Astaga, aku kesiangan. Ken, arigatou. Sampai jumpa nanti di sekolah”, Tarou menutup telepon dan sukses membuat Ken yang meneleponnya bingung.
            Tarou segera menghidupkan komputernya dan langsung mengeprint resep bento yang di email Ken semalam. Dengan rambut yang acak-acakan dan tanpa mencuci muka Tarou segera menuju dapur untuk menepati janjinya pada Yuya, membuat bento. Tarou berencana memasak nasi, satu jenis lauk dan satu jenis sayuran.
            Saat sampai di dapur, dapur rumah itu tidak kosong. Seperti biasa setiap pagi sudah ada pengurus rumah tangga keluarga Hoshimura yang memasak sarapan untuk keluarga itu. Dan pengurus rumah tangga itu kaget melihat Tarou yang masuk ke dapur sepagi itu.
            “Selamat pagi tuan muda”, katanya pada Tarou.
            “Ah, selamat pagi. Aku ingin memasak bento untuk ku bawa ke sekolah hari ini”, kata Tarou yang membuat pengurus rumah tangga itu kaget karena selama ini Tarou tidak pernah memasak.
            “Kalau tuan muda mau dibuatkan bento, akan saya buatkan. Tuan muda tidak usah repot memasak sendiri”, kata pengurus rumah tangga itu.
            “Sudah biarkan saja dia mengacaukan dapurmu untuk hari ini”, kata Michiko yang muncul secara tiba-tiba di dapur. “Dia ingin memasak bento untuk gadis yang di sukainya”, kata Michiko lagi sambil tersenyum.
            “Nee chan, kenapa bilang begitu?”, Tarou ingin membantah pernyataan kakaknya.
            “Benar yang Nee chan bilang kan? Kamu kan suka pada Yuya. Ayo mengaku”, Michiko menggoda adiknya.
            “Urusai. Sudahlah Nee chan jangan ganggu aku. Aku sudah kesiangan”, kata Tarou dan dia memulai mengambil bahan-bahan makanan sesuai dengan resep yang diberikan Ken padanya.
            Tarou memecahkan 2 butir telur ke dalam mangkok. Tapi karena dia tidak pernah memasak sebelumnya, kulit telurnya ikut tercampur. Pengurus rumah tangga keluarga Hoshimura menahan tawanya melihat cara Tarou memasak. Kemudian Tarou memotong buncisnya kecil-kecil untuk di tumis. Tapi Tarou tidak mahir menggunakan pisau untuk memasak sehingga akhirnya dia tak sengaja mengiris tangannya. Pengurus rumah tangga yang melihat kejadian itu segera mengambil perlengkapan P3K dan segera mengobati tangan Tarou dan membalut lukanya dengan plester untuk luka.
            “Sudahlah tuan muda, biar saya saja yang memasak. Tuan tunggu saja”, saran pengurus rumah tangga itu.
            “Aku ingin memasaknya sendiri. Terima kasih”, kata Tarou.
            Tarou melanjutkan memasaknya walaupun hasilnya sepertinya tidak meyakinkan. Tarou tidak memasak nasi karena pengurus rumah tangga mereka sudah memasaknya sebelumnya. Tarou memasukkan dan menata masakannya di dalam kotak bento. Walaupun penampilan masakan buatan Tarou  tidak meyakinkan, tapi setidaknya dia memasakknya dengan perasaan tulus untuk minta maaf pada Yuya.
            Setelah menyelesaikan bento buatannya, Tarou segera berangkat ke sekolah dengan perasaan cemas.  Untuk meredam rasa cemasnya, Tarou memasang headset di telinganya dan memutar beberapa lagu dari music player di handphonenya. Dia memilih beberapa lagu dan memasukkannya ke playlist yang akan dia dengarkan. Tarou memilih lagu yang bisa membuat perasaanya menjadi lebih tenang. Lagu pertama yang dia dengarkan berjudul Treasure yang merupakan lagu band Korea, FT Island. Meskipun lagu itu dinyanyikan orang Korea tapi lagunya berbahasa Jepang.
            Setelah lagu milik FT Island selanjutnya bersenandung suara merdu YUI yang mulai menyanyikan GLORIA. Berikutnya menyusul Summer Song, yang walaupun ini bukan musim panas lagi tapi entah kenapa setiap mendengar lagu ini Tarou seperti mendapat semangat baru.
            Tak terasa Tarou sudah sampai di depan gerbang sekolahnya. Ternyata perasaan Tarou semakin cemas, apakah Yuya akan memaafkannya atau tidak hari ini. Tarou melangkahkan kakinya masuk ke lingkungan sekolahnya. Melintasi halaman sekolah. Tapi dia tidak menuju kelasnya, kakinya membawanya melangkah ke atap sekolah, tempat dia berjanji bertemu denngan Yuya siang ini. Udara segar musim semi menerpa wajah Tarou. Dia meletakkan tasnya dan bentonya dibawah kemudian dia berbaring menatap langit pagi musim semi sambil mendengarkan lagu kesukaannya yang terus mengalun dari music player dihandphonenya. Terpaan angin yang sepoi-sepoi membuat Tarou tertidur dan akhirnya bolos pelajaran pagi itu.
            Matahari siang itu masih terasa kehangatannya walaupun tak sepanas matahari musim panas. Bel tanda istirahat siang di SMA Midori sudah berbunyi. Yuya segera merapikan bukunya pelajaran Bahasa Inggrisnya dan bermaksud segera keluar kelas.
            “Yuya, kita makan siang di halaman belakang yuk. Aku bawa bento banyak hari ini, jadi cukup untuk dua orang”, kata Hana.
            “Ah, maaf Hana aku sudah ada janji hari ini. Aku duluan ya”, kata Yuya dan segera meninggalkan kelas dengan sedikit terburu-buru.
            Akhirnya Hana menuju halaman belakang sekolah sendirian untuk makan siang. Sementara Yuya menaiki tangga menuju atap sekolah dengan terburu-buru sambil membayangkan apa yang Tarou masakkan untuknya. Sesampainya di beberapa anak tangga terakhir Yuya memelankan langkahnya dan setelah sampai di tempat tujuannya Yuya melihat Tarou berbaring dibawah. Tarou masih tertidur. Yuya melihat kotak bento di sebelah Tarou.
            “Hari ini cerah ya”, kata Yuya dan kata-katanya berhasil membangunkan Tarou dari tidurnya.
            Yuya menahan tawanya melihat Tarou yang baru terbangun dari tidurnya. Wajah Tarou terlihat polos dan manis.
            “Ah, Aoki san sudah datang. Maaf aku tertidur”, kata Tarou yang wajahnya sedikit memerah karena malu pada Yuya.
            “Ini bento yang ku janjikan pada Aoki san. Silahkan dicoba”, Tarou memberikan bentonya pada Yuya dan kemudian Yuya duduk di sebelah Tarou.
            “Terima kasih Hoshimura senpai. Itadakimasu”, kata Yuya.
            Wajah Tarou terlihat cemas menunggu reaksi Yuya setelah mencicipi bento buatannya. Setelah memakan sesuap masakan buatan Tarou, Yuya tersedak.
            “Uhuk…Uhuk…..”
            “Aoki san tidak apa-apa?”, tanya Tarou sambil memberikan air mineral pada Yuya.
            “Coba senpai cicipi bento buatan senpai”, kata Yuya setelah meminum air yang diberikan Tarou padanya.
            Tarou mencicipi bento buatannya. Dan Tarou pun tersedak seperti Yuya.
            “Rasa macam apa ini?”, Tarou bertanya pada dirinya sendiri.
            “Itu rasa bento buatan senpai. Terlalu banyak garam”, kata Yuya tersenyum.
            “Maaf ya Aoki san”, kata Tarou menunduk dan dia mulai berpikir Yuya tidak akan memaafkannya.
            “Tidak apa-apa senpai. Sekarang senpai saya maafkan”, kata Yuya.
            Tarou kaget mendengar kata-kata Yuya. Yuya memaafkannya. Tarou merasa senang sekaligus heran. Padahal bento yang dia buatkan untuk Yuya rasanya tidak karuan seperti itu kenapa Yuya malah memaafkannya.
            “Aoki san, kenapa kamu memaafkanku? Padahal bento yang ku buatkan tidak enak.”, tanya Tarou pada Yuya.
            “Jadi senpai tidak mau saya maafkan?”, Yuya balik bertanya.
            “Tidak. Bukan begitu maksudku”, jawab Tarou.
            “Karena rasa bento senpai yang tidak karuan itulah saya memaafkan senpai”, kata Yuya yang sukses membuat Tarou semakin bingung.
            “Itu pasti benar-benar masakan senpai makanya rasanya tidak enak”, kata Yuya dan dia mulai tertawa kecil.
            “Jadi kamu menyindirku? Tapi aku tidak peduli karena sekarang aku sudah dapat maaf darimu”, kata Tarou senang.
            “Ternyata senpai benar-benar tulus ingin minta maaf”, tambah Yuya lagi sambil tersenyum manis.
            Yuya kemudian berdiri dan melihat ke bawah, ke arah halaman belakang sekolah mereka. Yuya melihat seorang gadis yang sedang duduk sendiri di bangku taman menghabiskan bekal makan siangnya. Yuya tidak bisa melihat dengan jelas gadis itu, yang ternyata adalah sahabatnya, Hana yang terpaksa makan siang sendiri karena Yuya ada janji dengan Tarou.
            “Aoki san, karena bento buatanku kacau balau, bagaimana kalau aku traktir makan siang di kantin sekolah”, Tarou mengajukan tawaran.
            “Kalau senpai memaksa, baiklah”, kata Yuya. “Oh ya senpai, panggil Yuya saja karena sekarang kita kan sudah jadi teman”, kata Yuya lagi.
            “Baiklah Yuya san. Kalau begitu panggil aku Tarou saja”, kata Tarou dan mereka berdua meninggalkan atap sekolah menuju kantin sekolah SMA Midori.
            Sementara itu Hana sedang makan siang sendirian di halaman belakang sekolahnya. Dia duduk di sebuah kursi taman panjang yang ada di halaman belakang sekolahnya itu.
            “Huft, Yuya itu. Padahal sudah ku bawakan banyak makanan hari ini. Coba saja aku bawa makanan sedikit pasti dia minta tambah”, Hana mengeluh sendiri.
            “Sekarang bagaimana aku menghabiskannya?”, kata Hana lagi.
            “Mau ku bantu menghabiskan?”, kata suara anak laki-laki tiba-tiba.
            Hana kaget mendengar suara itu. Seorang anak laki-laki bertubuh tinggi namun tidak terlalu kurus sudah berdiri di sebelahnya. Anak laki-laki berambut hitam dan sedikit panjang sehingga menutupi lehernya, berwajah manis dengan lesung pipi dan mata sipit dengan bola mata berwarna hitam senada dengan warna rambutnya. Dia adalah kakak kelas Hana sekaligus sahabat Hoshimura Tarou yaitu Fujiwara Ken.
            “Anda Fujiwara senpai kan?”, tanya Hana gugup.
            “Ternyata aku cukup terkenal ya di sekolah ini”, kata Ken sambil tersenyum. “Panggil Ken saja”, tambah Ken yang hanya ditanggapi anggukan oleh Hana. “Kenapa gadis manis sepertimu makan siang sendirian disini?”, kata Ken lagi.
            Ken berhasil membuat Hana tersipu malu karena Ken mengatakan dia manis.
            “Teman saya Yuya katanya ada janji, jadi saya terpaksa makan siang sendirian”, jawab Hana.
            “Oh begitu. Kamu perlu bantuan menghabiskannya? Kebetulan aku lapar”, kata Ken.
            “Kalau senpai mau silahkan. Saya merasa senang kalau senpai mau mencicipi masakan saya”, kata Hana menyodorkan kotak bentonya pada Ken.
            “Itadakimasu”, kata Ken dan mulai mencicipi masakan Hana.
            “Masakanmu enak”, puji Ken.
            Hana merasa senang dan dalam hatinya merasa berterima kasih pada Yuya karena dia tidak bisa makan siang dengan Hana. Berkat Yuya ada janji dengan orang lain Hana bisa makan siang dengan orang yang dia kagumi selama beberapa bulan terakhir ini, Fujiwara Ken.
            Bel tanda jam istirahat siang berakhir pun berbunyi. Yuya sudah berada di kelas sebelum Hana. Saat Hana masuk kelas wajahnya berseri-seri dan membuat Yuya heran karena tadi saat Yuya meninggalkan Hana karena ada janji dengan Tarou wajahnya terlihat sedikit kesal. Hana menghampiri Yuya sambil tersenyum-senyum.
            “Yuya chan, terima kasih karena kamu tidak makan siang denganku tadi. Aku senang sekali”, kata Hana dan membuat Yuya semakin heran dan membuat Yuya berpikir ada hantu yang masuk ke tubuh Hana.
            “Hana, kamu tidak apa-apa?”, tanya Yuya curiga.
            “Aku baik-baik saja. Sangat baik malah.”, kata Hana. “Yuya, kamu tahu, tadi aku makan siang dengan siapa?”, tanya Hana, Yuya hanya menggeleng.
            “Fujiwara senpai”, jawab Hana tersenyum.
            “Hah? Bagaimana bisa”, Yuya kaget mendengar perkataan Hana.
            “Bisa dong. Nanti saja ku ceritakan. Yang jelas aku berterima kasih karena kamu tidak jadi makan siang denganku tadi”, kata Hana.
            Yuya masih bingung dan penasaran dengan apa yang terjadi dengan sahabatnya Hana. Tapi belum sempat Yuya bertanya lebih jauh, Tanaka sensei, guru matematika mereka sudah ada di depan kelas.
            Selama jam pelajaran Yuya sesekali memperhatikan ke arah Hana dan ternyata Hana masih tersenyum sendiri, sepertinya asyik dengan dunianya sendiri. Yuya memilih untuk memperhatikan pelajaran daripada memperhatikan Hana yang sedang senang.
            Jam sekolah hari ini sudah berakhir. Yuya merapikan bukunya dan bersiap untuk pulang. Dia bermaksud untuk pulang bersama Hana, tapi ternyata Hana sudah membuat janji untuk pulang sekolah bersama Ken.
            “Yuya, aku duluan ya. Aku janji mau pulang bersama Fujiwara senpai. Nanti malam saat aku kerumahmu akan kuceritakan semuanya. Ja mata ne”, Hana pergi meninggalkan Yuya yang sedang memasukkan bukunya ke dalam tasnya.
            “Oh iya, aku lupa kalau Hana mau ke rumahku untuk mengerjakan tugas malam ini”, kata Yuya pada dirinya sendiri.
            Yuya melewati halaman sekolahnya dan terlihat beberapa helai daun berwarna kecoklatan jatuh di tanah. Sampai di gerbang sekolah ternyata Tarou sudah menunggunya disana. Tarou ingin mengajak Yuya pulang bersamanya.
            “Yuya san”, panggil Tarou.
            “Tarou senpai sedang apa disini?”, tanya Yuya.
            “Aku akan mengantarmu pulang hari ini. Kemarin aku berjanji pada Nee chan untuk mengantarmu pulang, tapi aku tidak melakukannya. Jadi akan ku tebus hari ini”, kata Tarou.
            “Tidak usah senpai. Aku bisa pulang sendiri”, Yuya menolak tawaran Tarou.
            “Kali ini jangan menolakku”, Tarou memaksa.
            “Apa boleh buat”, kata Yuya akhirnya setuju.
            Tarou dan Yuya akhirnya pulang bersama. Jalanan yang mereka lewati dipenuhi daun-daunan berwarna merah kecoklatan ciri khas musim gugur. Sangat indah. Tarou ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi bersama Yuya tapi Tarou harus menahan keinginannya itu karena mereka sudah sampai di depan rumah Yuya.
            “Tarou senpai terima kasih sudah mengantarku pulang”.
            “Iya, sama-sama. Sampai jumpa besok”, kata Tarou dan dia segera pulang.
            Yuya mengangguk kemudian dia melambaikan tangan dan menunggu hingga Tarou berbelok di tikungan jalan itu. Setelah Tarou menghilang dari pandangan, Yuya mengambil kunci rumah dari tasnya. Saat akan membuka pintu yang terkunci, ternyata pintu rumah mereka tidak terkunci.
            “Heh? Tidak terkunci. Apa Nii chan sudah pulang ya?”, kata Yuya.
            “Tadaima”, kata Yuya dan ternyata ada jawaban dari dalam rumah.
            “Okaeri”, terdengar suara Yuta.
            “Lho, Nii chan kok sudah pulang?”, tanya Yuya.
            “Hari ini Nii chan sedikit pusing jadi Nii chan izin pulang cepat”, kata Yuta.
            “Nii chan sakit? Nii chan sudah minum obat? Sebaiknya Nii chan istirahat di kamar saja”, saran Yuya.
            “Nii chan sudah mendingan kok. Asal Nii chan melihat Yuya pasti Nii chan cepat sembuh. Yuya chan diantar pulang Tarou kun ya?”, kata Yuta.
            “Lho, Nii chan kok tahu?”, tanya Yuya.
            “Tadi Nii chan melihatnya”, jawab Yuta.
            “Yuya mau ganti baju dulu lalu Yuya masakkan makanan untuk Nii chan”, kata Yuya dan dia segera ke kamarnya.
            Yuta sebenarnya merasa cemburu karena Tarou mengantar Yuya pulang. Entah kenapa Yuta ingin hanya dirinya satu-satunya laki-laki yang dekat dengan Yuya. Yuta memang terkesan egois, tapi itu karena rasa sayang dan cintanya pada Yuya.
            Yuya sedang memasak makanan untuk kakaknya di dapur dan Yuta memperhatikan Yuya yang sedang memasak dari ruang tamu. Jantung Yuta berdebar semakin kencang saat dia memandang Yuya. Dan itu membuat Yuta tak bisa mengontrol perasaannya lagi. Dia beranjak dari sofa di ruang tamu dan segera menuju ke dapur tempat Yuya sedang memasak. Tanpa pikir panjang lagi, Yuta segera memeluk Yuya dari belakang. Yuya pun dibuat kaget dan segera melepaskan pelukan Yuta.
            “Nii chan kenapa? Yuya sedang masak jangan ganggu dulu”, kata Yuya kesal pada Yuta.
            “Maafkan Nii chan. Nii chan hanya kangen pada Yuya”, jawab Yuta yang segera sadar dengan apa yang dia lakukan.
            “Yuya, Nii chan mau keluar sebentar. Itte kimasu”, kata Yuta dan dia segera keluar dari rumah.
            Yuya merasa heran dengan kakaknya akhir-akhir ini. Yuya merasa ada yang aneh dengan Yuta tapi dia tidak tahu apa itu. Yuya berpikir mungkin Yuta sedang ada masalah dengan pekerjaannya.
            Yuta tidak tahu kemana kakinya akan membawanya sore ini. Dia hanya ingin menjernihkan pikirannya setelah apa yang dia lakukan tadi pada Yuya.
            “Apa yang kulakukan tadi? Bagaimana kalau Yuya membenciku? Aku memang bodoh”, Yuta menyesali kebodohannya itu.
            “Kenapa aku tidak bisa menahan diriku? Perasaan macam apa ini? Aku tidak boleh punya perasaan ini pada Yuya.”, katanya lagi.
            “Tapi kata siapa aku tidak boleh punya perasaan ini pada Yuya?”, sepertinya jiwanya dari sisi yang lain berbicara.
            “Tapi kalau aku membiarkan perasaan ini, aku harus mengungkap rahasia yang aku simpan selama hampir enam belas tahun dan itu pasti akan menyakiti Yuya dan aku tidak ingin menyakiti Yuya”, jiwanya dari sisi yang berlawanan dengan sebelumnya yang sekarang berbicara.
            Ada pertetangan hebat dalam diri Yuta. Dia sangat bingung dengan apa yang harus dia lakukan. Yuta berpikir keras mencari solusi untuk permasalahannya itu. Disaat Yuta sedang bimbang, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ternyata yang meneleponnya sore itu, Yamasaki Rin. Akhir-akhir ini Yuta dan Rin memang sedang dekat. Rin sering mengajak Yuta keluar walaupun hanya sekedar minum kopi.
            “Moshi moshi. Yuta desu”, Yuta menjawab teleponnya.
            “Moshi moshi. Yuta san apa kabar?”, kata Rin.
            “Eh…. Aku baik-baik saja. Rin sendiri apa kabar?”, Yuta balik bertanya.
            “Baik kok. Yuta san sedang apa”, tanya Rin lagi yang bertanya seperti seorang pacar pada Yuta.
            “Sedang jalan-jalan. Ini sebentar lagi sampai di taman dekat rumah”, Yuta menjawab.
            “Yuta san sama siapa? Aku kesana ya. Aku ingin ketemu Yuta san”, Rin memaksa.
            “Iya”, jawab Yuta singkat.
            Rin menutup teleponnya dan dia bersiap-siap untuk bertemu dengan Yuta. Sementara itu, Yuta menemukan sebuah ide gila setelah Rin mengatakan dia ingin bertemu Yuta.
            “Sudah ku putuskan apa yang harus aku lakukan. Yuya maafkan Nii chan”, kata Yuta.
            Yuta duduk sendirian di bangku taman menunggu Rin datang menemuinya. Setelah Yuta menunggu selama 30 menit, akhirnya Rin datang.
            “Yuta san maaf menunggu lama”, kata Rin.
            “Oh, Rin sudah datang. Iya tidak apa-apa kok”, jawab Yuta.
            “Aku kangen sama Yuta san”, kata Rin tiba-tiba dan itu membuat Yuta kaget sekaligus membuat Yuta senang karena sepertinya rencana gila Yuta akan berjalan dengan lancar.
            Yuta tersenyum pada Rin dan kemudian Yuta menarik nafasnya dalam-dalam.
            “Rin, ada yang mau aku katakan. Hmmmm….. Akhir-akhir ini kita kan dekat dan sepertinya kita sudah cukup saling mengenal”, kata Yuta dan kemudian dia menarik nafasnya lagi.
            “Rin, kamu mau jadi pacarku?”
            Rin tidak menyangka kalau Yuta akan menyatakan cinta padanya secepat itu. Akhirnya harapan Rin terkabul karena saat dia mengatakan “Iya” Yuta akan menjadi pacarnya.
            “Iya, aku mau”, Rin menjawab.
           Akhirnya Yuta dan Rin resmi berpacaran. Rin sangat senang tapi Yuta sebenarnya hanya berpura-pura senang. Saat ini hatinya sedang menangis. Semua ini dia lakukan demi satu-satunya orang yang dia cintai saat ini, Yuya.
            “Sekarang Rin sudah jadi pacarku. Aku akan berusaha mencintainya. Yuya maafkan Nii chan”, kata Yuta dalam hati.
            Yuta yang saat ini hatinya sedang menangis tersadar saat Rin memanggilnya.
            “Yuta san, aku mau menjadi pacarnya Yuta san”, Rin mengulang perkataannya.
            “Terima kasih Rin”
            “Boleh aku panggil Yuta kun?”, tanya Rin.
            “Tentu saja boleh. Sekarang Rin chan sudah resmi jadi pacarku”, jawab Yuta.
            “Yuta kun, boleh aku memelukmu?”, Rin bertanya lagi.
            Yuta menjawabnya dengan anggukan dan kemudian Rin memeluknya. 


Yoshi's note:
Ohayou gozaimasu. update chap ini lumayan cepat ya dan sebenarnya Yoshi sedikit tidak rela saat menulis chap ini. tapi apa boleh buat tetap harus diselesaikan sebelum di lempar sandal sama pembaca *emang ada yang baca ya?*
mohon kritik dan sarannya. seperti biasa jika ada salah tulis maafkan Yoshi ya...
ja, mata ne....

4 komentar:

  1. mengejutkan ternyata yuta bkn kkak kandung yuya......

    BalasHapus
  2. nee chan tahu dari mana? yoshi kan gak bilang Yuta bukan kakak kandung Yuya... wkwkwk

    BalasHapus
  3. wkwkwkwk....

    Rahasia sedikit terbongkar.... Dan.... aku memperkirakan ada 3 ending... nfufufufu~~

    Eh, ada ken juga yaaa~~ XD

    BalasHapus
  4. heh? rahasia apaan? wkwkwk.....
    banyak bgt 3 ending?

    BalasHapus