Senin, 02 Mei 2011

NII CHAN, ARIGATOU chapter 2

KONNICHIWA
cuaca hari ini mendung dan hujan ya... Yoshi yang gaje dan amatiran ini kemballi lagi buat lanjutin yang bersambung kemarin. setelah chap 1 terbit, Yoshi dapat banyak masukan dari senpai-senpai dan tentunya editor Hanagawa Yuki. Doumo. sebelum Yoshi dilempari sandal sama pengunjung kita langsung aja,
enjoy this one *walaupun jelek*


Bulan April, bunga sakura sedang mekar-mekarnya. Udara khas musim semi terasa hangat. Pada bulan April pula tahun ajaran baru dimulai. Mereka yang akan memasuki lingkungan sekolah baru menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya, mulai dari seragam, buku pelajaran sampai bagaimana cara mendapat teman baru di sekolah yang baru.
            Pagi itu di rumah keluarga Aoki, anak perempuan keluarga itu sudah bersiap-siap untuk mengikuti upacara penerimaan murid baru di sekolahnya. Tahun ini dia akan masuk SMA. Yuya benar-benar berusah tampil dengan baik pagi itu. Paling tidak dia bisa mendapatkan teman di hari pertamanya di sekolah baru dengan berpakaian rapi, ya setidaknya itu yang dia pikirkan.
            “Yuya chan, sarapannya sudah siap. Ayo makan dulu”, panggil kakaknya dari dapur yang ada di lantai bawah.
            “Iya nii chan, sebentar lagi”, jawab Yuya yang sedang berdiri di depan cermin melihat pantulan dirinya di cermin setinggi tubuhnya itu.
            Seorang gadis yang mulai beranjak dewasa, berkulit putih dengan rambut sebahu berwarna hitam. Dia tidak terlalu tinggi untuk ukuran gadis seusianya. Tapi bisa di bilang cukup manis. Matanya sipit dengan bola mata berwarna agak kecoklatan. Hari ini dia memakai seragam sekolahnya dengan atasan berwarna putih dipadukan dengan dasi berbentuk pita berrwarna merah. Roknya berwarna abu-abu dengan jas yang berwarna sama dengan roknya. Yuya juga memakai bando berwarna abu-abu senada dengan roknya, membuat dia terlihat cute. Dengan memakai sedikit lipgloss di bibirnya membuatnya terlihat semakin menarik dan dia yakin akan mendapat banyak teman hari ini.
            “ Hari pertama yang sempurna. Yuya chan, ganbatte”, katanya menyemangati dirinya sendiri.
            Yuya mengambil tasnya dan segera turun ke lantai dasar dan menuju kearah meja makan. Disana tampak kakaknya yang sudah duduk di meja makan menuggu adik kesayangannya untuk sarapan pagi bersama. Menu hari ini -lagi-lagi- omelet. Tapi entah kenapa mereka tidak bosan-bosannya memakan makanan itu walaupun sesekali Yuya mengeluh pada kakaknya dan minta dibuatkan makan lain.
            “Astaga, hari ini adik Nii chan cantik ya”, puji kakaknya
            “Eh, memangnya kemarin-kemarin Yuya gak cantik?”, jawab Yuya dengan wajah cemberut. “Huft, Nii chan jelek”
            “ Hahahaha, Nii chan Cuma bercanda kok. Ayo cepat makan nanti terlambat”
            “Itadakimasu”
            Yuta terus memperhatikan Yuya yang sedang sarapan dari balik kacamatanya dan bergumam dalam hatinya “Yuya chan sekarang sudah besar ya. Syukurlah.”
Yuya menyadari dirinya dari tadi diperhatiakn oleh kakaknya, tapi dia tetap melanjutkan memakan omelet buatan kakaknya. Kakaknya memang sering memandanginya seperti itu, tapi entah apa maksudnya Yuya tak terlalu mengambil pusing. Paling-paling itu karena kakaknya sayang padanya.
            “Nii chan mau makan atau tidak? Kalau tidak buat Yuya saja deh”, kata Yuya memecah lamunan kakaknya.
            “Kata siapa Nii chan gak mau makan? Ini jatah makan Nii chan. Yuya cukup segitu aja nanti kamu gemuk dan pasti gak ada laki-laki yang mau sama kamu kalau kamu gemuk. Hahahahaha”, sindir kakaknya.
            “Ah Nii chan ini.. Gochisousama deshita”.
            “Eh, sudah selesai?”
            “Un… Yuya berangkat ya Nii chan”
            “Yuya chan, Nii chan antar ya”, tawar kakaknya.
            “Ah, tidak usah. Yuya sendiri saja. Sekolah Yuya kan gak jauh dari sini. Jalan kaki 45 menit sudah sampai kan”, tolak Yuya yang kini sedang memakai sepatunya.
            “Tapi klo Nii chan antar pakai mobil kan bisa lebih cepat”, kata kakaknya yang mulai sedikit memaksa adiknya agar mau di antar.
            “Yuya sudah besar Nii chan, jadi Nii chan jangan khawatir. Nii chan berangkat kerja saja sana. Itte kimasu”
            “Itterashai”, jawab kakaknya.
            Yuta masih berdiri di depan rumahnya melihat Yuya perlahan menghilang dikejauhan. Sudah tujuh tahun berlalu sejak hari pertama kepindahan kakak beradik itu ke Okayama.Banyak perubahan yang terjadi pada mereka baik secara fisik maupun batin mereka.
            Yuta sudah tumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa. Beberapa hari yang lalu Yuta merayakan ualng tahunnya yang ke 23. Tubuhnya memang tidak terlalu tinggi tapi cukup proporsional untuk pria seumurannya. Kulitnya putih dan rambutnya berwarna hitam. Sejak dua tahun yang lalu Yuta memakai kacamata. Secara fisik –kalau diperhatikan dengan baik- tak ada kemiripan antara Yuta dan Yuya.
            Yuta orang yang baik, ramah dan penyayang. Benar-benar sosok kakak idaman. Yuta juga pintar. Setiap Yuya kesulitan dengan tugas-tugas sekolahnya, Yuta selalu membantunya. Teman-teman sekolah Yuya banyak yang sering datang ke rumahnya untuk minta bantuan Yuta mengerjakan tugas dan Yuta pasti akan membantu mereka dengan senang hati. Dan tidak sedikit dari mereka yang jatuh hati pada Yuta. Waktu duduk di bangku SMP Yuya sering dibuat kesal karena sering dititipi surat cinta dari teman-temannya untuk kakaknya. Entah sudah berapa gadis yang dibuat patah hati oleh Yuta. Yuya sering menyuruh kakaknya untuk mencari pacar saja agar dia tidak dibuat repot oleh para penggemar kakaknya. Tapi kakaknya selalu menolak permintaan adiknya dengan berbagai alasan. Padahal untuk laki-laki seperti Yuta pasti gampang mendapatkan seorang pacar.
            Setelah Yuya tak tampak lagi sejauh mata Yuta memandang, Yuta masuk kedalam rumah dan membereskan sisa makanan mereka tadi dan segera bersiap-siap berangkat kerja. Yuta bekerja disebuah perusahaan asing sebagai staff marketing.
            Sementara itu, di sekolah Yuya, SMA Midori, upacara penerimaan siswa baru telah selesai. Setelah pembagian kelas, para siswa pergi ke kelas masing-masing. Hari ini pelajaran belum dimulai, hari ini bisa dikatakan hari untuk mengenal antar teman satu sama lain. Yuya menjadi siswa kelas 1-3. Kelas itu berisi mayoritas laki-laki denngan perbandingan 3 laki-laki berbanding 1 perempuan.
            Yuya berjalan di koridor sekolah yang menuju kelasnya. Tapi saat dia berbelok, seorang anak laki-laki datang dari arah berlawanan dan langsung menabrak Yuya. Yuya dan anak laki-laki itu pun terjatuh. Anak laki-laki itu bukannya menolong Yuya yang terjatuh, tapi malah segera bangun dan malanjutkan larinya di koridor yang cukup ramai itu.
            “Hei…”, teriak Yuya pada anak laki-laki itu.
            Tapi alih-alih menoleh, anak laki-laki itu segera menghilang di tikungan koridor berikutnya. Yuya yang masih kesal segera berdiri dan melanjutkan perjalanan ke kelasnya.
            “Yup ini dia. Kelas 1-3”, kata Yuya sambil melihat ke papan nama yang tergantung didepan kelas itu.
            Yuya masuk ke dalam kelas dan memilih duduk di bangku nomor 3 dari depan di deretan yang dekat dengan jendela. Dari tempat duduk Yuya, kalau memandang kearah halaman sekolah, terlihat pohon        bunga matahari yang saat ini hanya ditumbuhi daun. Sekitar 3 bulan lagi, bunga-bunga matahari yang indah itu akan bermekaran. Yuya sangat menyukai bunga matahari melebihi rasa sukanya pada bunga Sakura.
            “Hai….”, terdengar suara seorang gadis yang menyapa Yuya.
            “Sasagi Hana desu. Yoroshiku onegaishimasu”, katanya melanjutkan.
            “Aoki Yuya desu. Yoroshiku onegaishimasu”, jawab Yuya.
            “ Sekarang kita berteman ya”, kata Hana sambil tersenyum yang membuat lesung pipinya terlihat menghiasi wajahnya.
            Hana Sasagi menjadi teman pertama Yuya di kelas itu. Dia lebih tinggi sekitar 5 cm dari Yuya. Rambutnya yang lurus dan panjang dibiarkan terurai begitu saja. Terlihat menarik sesuai dengan namanya yang artinya bunga. Hana kemudian  duduk di depan Yuya. Selanjutnya Hana akan menjadi seoarng sahabat yang baik untuk Yuya.
            Tak lama kemudian wali kelasnya, Nakamura Sensei memasuki kelasnya dan memulai sesi perkenalan serta menjelaskan tentang tata tertib, system belajar dan hal-hal lain yang diperlukan selama proses belajar berlangsung. Yuya tidak mendengarkan dengan serius apa yang dikatakan Nakamura Sensei didepan kelas. Dia asyik memandang kearah bunga-bunga matahari itu tumbuh. Tapi tiba-tiba kakinya terasa nyeri. Ternyata lututnya terluka karena bertabrakan dengan anak laki-laki di koridor tadi.
            “arrghh..”, terdengar Yuya memekik kecil karena kakinya sakit.
Hana mendengar suara Yuya dan segera mencari tahu apa yang terjadi dengan teman barunya itu.
“Yuya kamu kenapa?”, tanya Hana agak berbisik.
“Kakiku luka. Tadi aku ditabrak sesorang di koridor sekolah.”, jawab Yuya.
“Harus segera diobati. Takutnya nanti jadi infeksi”, saran Hana.
“Tidak usah, Hana. Aku baik-baik saja.Nanti saja kalua sudah pulang aku obati”, kata Yuya menolak saran Hana
Tapi Hana tidak menghiraukan kata-kata Yuya dan segera saja dia menganngkat tangannya menyela omongan Nakamura Sensei.
“Sensei, shitsurei shimasu”
“ Ya, Sasagi san, ada apa?”, tanya Nakamura sensei.
“Ano, kaki Aoki san terluka dan harus diobati. Tadi dia jatuh di koridor”, jawab Hana.
“Benarkah? Aoki san, silahkan pergi keruang kesehatan. Segera obati lukamu. Setelah itu kamu boleh langsung pula karena kemungkinana besar saat kamu selesai diobati, jam sekolah hari in sudah berakhir”, jelas Nakamura sensei.
“ Hai, arigatou gozaimasu, sensei”, kata Yuya.
Yuya meninggalkan kelasnya dan menuju ruang kesehatan di lantai dasar. Karena kelas Yuya ada di lantai 3, dia harus menahan sakit dilutunya saat dia menuruni tangga menuju lantai dasar.
Setelah lukanya selesai diobati di ruang kesehatan, Yuya pun segera pulang. Saat dia sampai digerbang sekolah, ternyata Yuta sudah menunggu Yuya. Dalam hatinya Yuya senang karena dia tidak harus jalan kaki pulang dengan keadaan seperti itu. Tapi kata-kata yang keluar dari mulutnya berbeda.
“heh… Nii chan”, kata Yuya pura-pura kaget, padahal Yuya sudah menduga kakaknya akan menjemputnya hari ini.
“Apanya yang heh?” jawab Yuta. “Bagaimana hari pertamamu Yuya sayang? Sudah dapat banyak teman?” tambah kakaknya.
“Un….”, jawab Yuya singkat.
“Eh, Yuya, kakimu kenapa?”, tanya Yuta saat melihat lutut Yuya yang diperban.
“Semuanya baik-baik saja. Nii chan tenang saja.” kata Yuya. “Nii chan ayo kita pulang. Yuya lelah”, ajak Yuya.
“Benar kamu tidak apa-apa? Kita ke dokter yuk. Nii chan tidak mau Yuya kenapa-kenapa.”
“Nii chan ini berlebihan ah. Yuya hanya luka ringan. Tadi sudah diobati diruang kesehatan”, jawab Yuya. “Kita pulang saja yuk Nii chan”
Yuta menuruti kemauan adiknya. Mereka pun masuk kedalam mobil dan Yuta mulai memacu mobilnya dengan kecepatan yang pelan karena dia ingin menghabiskan waktu lebih lama didalam mobil bersama adiknya.

************
Awal bulan Juni, udara musim semi mulai memudar dan pohon sakura yang tak berbunga lagi. Beberapa hari terakhir selalu hujan. Hal ini biasa terjadi pada masa peralihan dari musim semi ke musim panas.
“Hari ini aku lupa bawa paying”, kata Yuya pada sahabatnya, Hana.
“Yuya pulang sama aku aja”, ajak Hana
“Ah tidak usah. Rumahku dan Hana kan beda arah. Aku tunggu sampai hujan reda saja. Sepertinya tidak akan lama”, kata Yuya menolak tawaran Hana.
“Baiklah kalau itu maunya Yuya. Kalau begitu aku duluan ya. Mata ashita”, kata Hana yang kemudian meninggalkan kelas mereka.
Sekarang hanya tinggal Yuya yang ada di kelas itu. Yuta sedang bekerja, jadi Yuya tidak mau meminta Yuta menjemputnya hari ini. Yuya tidak ingin mengganggu kakanya yang sedang bekerja. Selain itu Yuya pasti akan dinasehati habis-habisan oleh Yuta kalau Yuta tahu Yuya lupa membawa payungnya.
Yuya membuka jendela kelas dan mengulurkan tangannya keluar jendela. Tetesan air hujan yang dingin dan menyejukkan membasahi tangannya. Secara spontan Yuya menyanyikan sepenggal lagu Rain milik idolanya YUI.
kono ame ga itsuka konayuki ni natte
kanashimi wo sotto tsutsumi komu toki
atarashii kibou ni deau no
itsu datte hoori naito tanoshimeta
otona tte chotto
samishigari dakara
naitatte iin da
hajimari no silent night
           Tiba-tiba saja terlintas sebuah ide dipikiran Yuya untuk mengusir kebosanannya selama menunggu hujan reda. Yuya segera menutup jendela kelas yang dia buka tadi dan mengambil tasnya lalu pergi meninggalkan kelasnya. Kemanakah dia akan pergi?
            Yuya sampai didepan sebuah ruangan yang didepannya tetulis Ruang Musik. Yuya segera masuk ke ruangan itu. Diambilnya sebuah gitar dan kursi, kemudian meletakkan kursi itu didepan jendela. Yuya dapat melihat orang yang lalu lalang dibawah tetes hujan didepan sekolahnya melalui jendela itu. Yuya duduk dikursi itu dan mulai memainkan gitarnya. Walaupun bukan professional, alunan gitarnya terdengar indah. Yuya pun mulai menyanyi,
soba ni itte kureru
shounetsu no suki made sotto
yasuraki wa itsumo
higeki no saki ni mienakunaru
chiisana ai no kakera wo
hiroi yatsumete wa
hitotsu futatsu kasareteiru no

aitai to tada negau dake de konna ni mo
namida afureru kara my love
yozora ni ukabe to tameiki ga koboreru
Please stay with me
…………….
Suara Yuya cukup merdu. Yuya asyik sendiri dengan gitar dan lagu yang dia nyanyikan sampai dia tidak sadar ada orang lain yang dari beberapa menit yang lalu memperhatikannya. Seorang anak laki-laki berdiri sambil bersandar di pintu masuk keruangan itu. Tangannya dilipat didepan dada. Seorang anak laki-laki berwajah cukup tampan dengan tinggi –mungkin sekitar 170an cm- dengan rambut pendek berwarna kecoklatan yang terkesan acak-acakan, tapi itu membuatnya terlihat keren. Matanya jernih dengan bola mata berwarna kebiruan.
“YUI, Please Stay With Me”, kata anak laki-laki itu menyebutkan judul lagu yang baru saja selesai dinyanyikan Yuya.
Yuya kaget mengetahui kalau dari tadi ada orang yang mendengarkan dia bernyanyi dengan suara yang menurutnya pas-pasan itu.
“Heh?”, hanya kata itu yang terucap dari mulut Yuya.
“Tebakanku benar kan?  Lagu itu milik YUI judulnya Please Stay With Me”, kata anak laki-laki itu lagi.
“Suaramu lumayan dan permainan gitarmu juga bagus”, tambahnya lagi dan berhasil membuat wajah Yuuya sedikit memerah. “Hoshimura Tarou kelas 2-2”, katanya memperkenalkan diri.
“Eh”, Yuya masih bingung. Tapi cepat-cepat dia menjawab, “Aoki Yuya kelas 1-3”.
Beberapa saat kemudian, Tarou terlihat seperti menyadari sesuatu,
“Eh, kamu gadis yang kutabrak saat aku berlari di koridor setelah upacara penerimaan siswa baru kan?”, katanya.
“Eh? Apa iya? Saya sudah lupa Senpai”, jawab Yuya.
“Kamu tidak apa-apa kan saat itu? Maaf aku tidak sempat menolongmu saat itu. Aku sedang buru-buru karena dipanggil kepala sekolah. Sekali lagi aku minta maaf”, kata Tarou memohon maaf atas kesalahannya 2 bulan yang lalu, yang kalau dipikir sudah terlambat. Tapi daripada tidak sama sekali.
“Tidak apa-apa kok senpai”, kata Yuya dengan senyuman yang menghiasi wajahnya yang membuat lawan bicaranya tidak mau melepaskan pandangan darinya.
“Aoki san penggemar YUI juga ya?”, tanya Tarou.
“Iya. Suaranya merdu dan YUI san juga sangat berbakat”, jawab Yuya.
Obrolan mereka pun berlanjut, membicarakan tentang idola mereka sampai pembicaraan mengenai pelajaran sekolah. Dan tak terasa sudah pukul 6 sore. Hujan sudah tidak sederas tadi. Kini hanya tinggal rintik-rintik kecil. Yuya menyadari hal itu dan segera melihat jam tangannya.
“Astaga sudah jam 6 sore. Saya harus segera pulang Senpai, sebelum kakak saya bingung mencari saya. Terima kasih atas obrolan hari ini Senpai. Ja, mata”, kata Yuya yang segera mengambil tasnya dan meninggalkan ruang musik.
“Ja, mata”, balas Tarou.
Tak lama kemudian Tarou pun meninggalkan ruang musik dan berniat pulang. Sampai di pintu gerbang dia mendapati Yuya masih berdiri disana.
“ Eh, Aoki san, kenapa masih disini?”, tanya Tarou.
“ Pintu gerbangnya sudah terkunci Senpai”, jawab Yuya.
Yuya tidak pernah membayangkan akan terkunci di sekolahnya ditengah hujan gerimis dan bersama seseorang yang baru dia kenal.

Yoshi's note:
 Maaf, Yoshi belum menemukan jiwa menulisnya. jadiny cerita ini masih gaje. semoga selanjutnya bisa lebih baik. mohon kritik dan sarannya terus ya...
Doumo...
maaf kalau membosankan dan pendek...
Sayounara....
               

2 komentar:

  1. hee??
    Lebih panjang dari yang kamu kirim ke akuuu!!*copas*

    Aku baca lanjutannya dulu yak....XD

    BalasHapus
  2. emang. hehehe. yang aku kirim waktu ini baru setengahnya. hehehe...

    BalasHapus